Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hajatan penawaran umum perdana saham alias initial public offering (IPO) masih meriah menjelang tengah tahun 2023. Hingga Senin (8/5) ini, sudah ada 38 emiten baru yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Senin (8/5), ada empat emiten yang resmi listing. Mereka adalah PT King Tire Indonesia Tbk (TYRE), PT Era Media Sejahtera Tbk (DOOH), PT Informasi Teknologi Indonesia Tbk (JATI), dan PT Tripar Multivision Tbk (RAAM).
Hajatan berlanjut hari ini, Selasa (9/5), PT MPX Logistics International Tbk (MPXL) sahamnya akan resmi tercatat di BEI. Selain itu, ada PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL) yang sudah memulai periode penawaran.
Dari hajatan IPO sejauh ini, ada sejumlah emiten yang menyita perhatian publik, baik dari sisi penggalangan dana yang jumbo, skala usaha maupun grup bisnisnya. Di antaranya PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA).
Meski begitu, hanya segelintir saham emiten baru yang mampu melaju kencang setelah go public. Saham-saham baru yang berhasil melejit tinggi dari harga penawarannya antara lain PT Pelita Teknologi Global Tbk (CHIP), PT Hillcon Tbk (HILL), PT Hatten Bali Tbk (WINE) dan CUAN.
Baca Juga: RAAM, DOOH, TYRE, JATI Listing Hari Ini (8/5), Mana yang Prospektif?
Analis Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto mengamati, pelaku pasar lebih selektif dalam memilih saham-saham yang baru IPO. Menurutnya, saat ini investor lebih teredukasi, belajar dari pengalaman IPO yang tak jarang memberikan abnormal return.
Apalagi di tengah kondisi pasar yang sedang berfluktuasi kencang. "Pelaku pasar semakin selektif dalam memilih IPO karena sudah teredukasi bahwa tidak semua saham IPO bisa memberikan return dengan baik," ungkap David kepada Kontan.co.id, Senin (8/5).
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menambahkan sentimen sektoral juga menjadi pertimbangan pelaku pasar. Emiten yang terpapar momentum positif akan memiliki daya tarik lebih dari sisi prospek bisnisnya.
Misalnya pada WINE yang kinerjanya terdongkrak oleh pemulihan ekonomi dan bangkitnya sektor pariwisata. Juga pada HILL yang berekspansi ke segmen nikel dan bisnis jasa usaha pertambangan yang cenderung lebih stabil.
Baca Juga: OJK Klaim Ada 63 Rencana IPO Senilai Rp 61,71 Triliun Hingga April 2023
Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro menyoroti sejumlah saham baru yang kinerjanya sesuai ekspektasi. Yakni WINE, HILL dan PGEO, yang pergerakan harga saham sejalan dengan kondisi fundamental maupun prospek bisnisnya.
Untuk WINE, Nico melihat pergerakan saham seiring dengan kinerja fundamentalnya. WINE sukses membalikkan kerugian menjadi laba bersih, terdongkrak penjualan yang melejit.
Tak heran jika harga saham WINE kini berada di level Rp 545, jauh lebih tinggi dibandingkan harga IPO di Rp 129. Pada perdagangan Senin (8/5) ini, WINE masih mampu menguat 24,43%.
Sedangkan HILL terangkat oleh prospek positif dari ekspansi ke segmen jasa pertambangan nikel yang akan menjadi hot commodity. Sejalan dengan hilirisasi dan potensi pengembangan industri kendaraan listrik.
Baca Juga: OJK Tinjau Dokumen Rencana IPO Pertamina Hulu Energi (PHE)
Tak kalah dari WINE, saham HILL juga telah meroket ke harga Rp 3.740. Padahal saat IPO saham HILL ditawarkan pada harga Rp 1.250. Nasib yang berbeda dialami oleh entitas perusahaan plat merah, PGEO.
Nico melihat valuasi PGEO kurang menarik. Prospek bisnis panas bumi juga belum mentereng, memerlukan waktu yang relatif panjang dan cost intensive. Sehingga tak heran jika saham PGEO kini dihargai Rp 770 per lembar, masih di bawah harga IPO yang sebesar Rp 875.
"Jadi untuk WINE dan HILL sesuai ekspektasi fundamental dan prospek bisnis serta valuasi. Untuk PGEO sentimen dominan negatif, harganya turun juga sesuai dengan persepsi pasar," terang Nico.
David mengingatkan, pelaku pasar memang perlu lebih cermat jika ingin masuk ke saham baru. Lantaran indikator teknikal belum terbentuk setidaknya hingga satu bulan perdagangan untuk melihat tren dan pola pergerakan harga.
Baca Juga: Naik 2% di Kuartal I-2023, Ini Strategi BEI Dorong Pertumbuhan Investor Pasar Modal
Volatilitas harga juga sering terjadi di masa awal perdagangan, sehingga harus waspada saat terjadi koreksi. "Biasanya saham-saham yang baru IPO cocok untuk dilakukan trading buy," ungkap David.
Nico menimpali, realisasi penggunaan dana IPO juga perlu dicermati. Alokasi dana untuk menggelar ekspansi akan menjadi nilai tambah. Sebagai rekomendasi, saat ini Nico menjagokan saham WINE dan HILL.
Sedangkan Maximilianus menyematkan rekomendasi buy untuk saham PGEO dan NCKL lantaran memiliki potensial upside. Target harga masing-masing berada di Rp 1.100 dan Rp 1.700.
Untuk saham IPO yang sudah melonjak tinggi, pelaku pasar bisa mempertimbangkan ambil untung terlebih dulu. "Namun semua kembali kepada tujuan dan durasi investasi dari masing-masing investor," tandas Maximilianus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News