Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan data Infovesta Utama, secara umum dana kelolaan atau asset under management (AUM) industri reksadana mengalami penurunan di bulan Maret sebesar Rp 3,92 triliun menjadi Rp 493,34 triliun. Jumlah ini belum termasuk reksadana berbasis dollar AS dan reksadana penyertaan terbatas.
Salah satu jenis reksadana yang mengalami penurunan yang cukup signifikan dari segi dana kelolaan adalah reksadana pasar uang. Maret lalu, dana kelolaan reksadana ini tergerus Rp 3,62 triliun menjadi Rp 53,92 triliun.
Direktur Bahana TCW Investment Soni Wibowo mengatakan, berkurangnya dana kelolaan reksadana pasar uang disebabkan tindakan investor yang mendiversifikasikan dananya ke sejumlah instrumen lain. Tak hanya ke reksadana saham, investor juga mengalokasikan dana yang tadinya untuk reksadana pasar uang menjadi instrumen Surat Berharga Negara (SBN) ritel.SBN ritel dianggap potensial lantaran investor mendapat imbal hasil yang cukup tinggi dengan jangka waktu investasi yang lebih pendek.
Dana kelolaan reksadana terproteksi juga menyusut sebanyak Rp 2,93 triliun menjadi Rp 129,53 triliun. Ini artinya, sudah dua bulan terakhir dana kelolaan reksadana terproteksi berkurang. Februari lalu, dana kelolaan reksadana ini menciut Rp 0,57 triliun.
Penurunan dana kelolaan reksadana terproteksi cukup dipengaruhi oleh banyaknya produk tersebut yang jatuh tempo. “Akan tetapi, belum banyak reksadana terproteksi yang kemudian menggantikannya akibat jumlah obligasi korporasi yang cenderung terbatas di pasar primer pada kuartal satu,” ungkap Soni, Selasa (30/4) lalu.
Sebagai catatan, obligasi korporasi menjadi salah satu instrumen yang kerap diandalkan sebagai aset dasar portofolio reksadana terproteksi.
Tak ketinggalan, dana kelolaan reksadana pendapatan tetap juga turun Rp 1,06 triliun menjadi Rp 106,80 triliun. Penurunan dana kelolaan reksadana ini dinilai lebih disebabkan oleh aksi ambil untung sebagian investor yang telah mendapat return tinggi sejak awal tahun.
Soni berpendapat, reksadana yang tadinya mengalami penurunan dana kelolaan di bulan Maret masih berpeluang bangkit di bulan-bulan berikutnya. Terlebih untuk reksadana berbasis obligasi, masih ada sejumlah katalis positif yang dapat menopang kinerja sekaligus dana kelolaan instrumen tersebut.
Katalis tersebut meliputi ekspektasi penurunan suku bunga acuan sampai tingkat inflasi yang rendah, sehingga membuat real interest rate reksadana tersebut masih menarik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News