Reporter: Aris Nurjani | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdagangan harga emas dunia sempat mengalami kenaikan pasca terjadinya konflik geopolitik Rusia-Ukraina membuat harga emas melambung tinggi dan membuat para investor berburu emas untuk safe haven, Namun pasca The Fed melakukan pengetatan moneter membuat harga emas kembali terdepresiasi.
Harga emas spot naik 1,28% ke US$ 1.871,60 per ons troi. Sementara, harga emas berjangka untuk kontrak pengiriman Agustus 2022 naik 1,23% menjadi US$ 1.875,5 per ons troi.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures, Nanang Wahyudin, mengatakan pergerakan harga emas sepanjang tahun ini mengalami kenaikan akibat konflik geopolitik Rusia dan Ukraina.
"Harga emas sempat melonjak hingga US$ 2072 pasca awal eskalasi muncul Rusia dan Ukraina sehingga mendorong safe haven yang mengantarkan emas menjadi alternatif investasi pada akhir Februari," ucap Nanang kepada Kontan.co.id, Jum'at ( 10/6).
Baca Juga: Aksi Profit Taking Sebabkan Harga Emas Dunia Terkoreksi
Nanang mengatakan kenaikan harga emas tidak berlangsung lama ketika kampanye pengetatan moneter yang dilakukan The Fed harga emas kembali turun.
"Pengetatan moneter yang dilakukan The Fed dengan pengakhiran stimulus di bulan Maret dan suku bunga di bulan April memaksa emas kembali terdepresiasi hingga saat ini berada di 1840," ujar Nanang.
Ketika inflasi mengalami lonjakan memaksa The Fed harus lebih agresif dalam menangani hal tersebut melalui kenaikan suku bunga.
Nanang menyampaikan suku bunga agresif yang dilakukan The Fed menguntungkan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun yang saat ini bertengger di 3,0% membuat investor melakukan perburuan sehingga emas pun berkurang, ditambah lagi pasar saham juga mengalami tekanan.
Nanang mengatakan faktor kenaikan suku bunga dan yield obligasi menjadi pemicu utama atas melemahnya emas.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Global Kembali Melonjak, Ini Penyebabnya