Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Kamis (13/2). Setelah menguat selama dua hari beruntun, rupiah terkoreksi 0,15% ke level Rp 13.694 per dolar AS.
Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan, pelemahan rupiah disebabkan fokus pasar terhadap penyebaran virus corona.
Baca Juga: Bali diperkirakan menderita kerugian Rp 1 triliun per bulan akibat isu virus corona
“Masih didominasi oleh faktor eksternal. Lagi-lagi karena ketakutan pasar terhadap ancaman virus corona,” terangnya kepada Kontan.co.id, Kamis (13/2).
Selain itu, di tengah merebaknya virus corona, investor cenderung memanfaatkan momentum untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking). Rupiah sendiri rentan terhadap aksi ambil untung jika sudah menguat beberapa poin.
Setali tiga uang, analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan hal serupa. Menurutnya, penyebab pelemahan rupiah masih seputar wabah virus corona.
Dalam laporan terakhir Pemerintah China, jumlah korban jiwa mencapai 242 orang dalam sehari di Provinsi Hubei. Jumlah tersebut melewati rekor sebelumnya sebesar 103 orang.
Selain wabah virus corona, faktor eksternal lain yang mendorong pelemahan rupiah hari ini adalah pernyataan optimistis dari Ketua The Fed Jerome Powell terhadap perekonomian Amerika Serikat (AS). Hal ini membuat pergerakan dolar AS semakin menguat.
“Powell mengatakan, ekonomi AS masih kuat dan tidak ada alasan bagi Bank Sentral AS untuk memangkas suku bunga,” jelasnya.
Baca Juga: Para analis optimistis lelang SUN pekan depan tetap banjir peminat
Pada perdagangan Jumat (14/2), Ahmad dan Alwi memprediksi rupiah masih akan tertekan terhadap dolar AS. Selama isu virus corona belum dapat ditangani, rupiah masih akan cenderung melemah.
“Dolar AS akan terus dilirik di tengah isu virus karena perannya sebagai mata uang safe haven,” terang Alwi.
Baca Juga: Kasus corona meningkat, IHSG ditutup terpeleset 0,70% mengikuti pasar regional
Faktor lain yang akan menekan rupiah adalah solidnya data-data ekonomi AS. Malam ini, AS juga akan merilis data inflasi atau Consumer Price Index (CPI).
Jika inflasi AS naik, The Fed semakin tak memiliki alasan untuk memangkas suku bunga. Pasar memperkirakan inflasi AS akan naik menjadi 2,5% yoy dari yang sebelumnya 2,3%.
Ahmad memperkirakan rupiah akan bergerak pada rentang Rp 13.620 hinga Rp 13.745 per dolar AS pada Jumat (14/2). Sedangkan Alwi memprediksi rupiah bergerak pada rentang Rp 13.660 hingga Rp 13.740 per dolar AS.
Baca Juga: Kekhawatiran virus corona, rupiah spot ditutup melemah Rp 13.694 per dolar AS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News