kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investor bisa wait and see saham perbankan sepekan depan


Senin, 17 September 2018 / 05:30 WIB
Investor bisa wait and see saham perbankan sepekan depan


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) diperkirakan masih mendominasi gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk sepekan ke depan. Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, kondisi tersebut cenderung membuat indeks konsolidasi dan menyebabkan koreksi di pasar.

Ini menyusul adanya kenaikan indeks dalam beberapa hari terakhir, sedangkan pekan depan pasar domestik kemungkinan akan merespon rencana kenaikan suku bunga The Fed.

"Data ekonomi AS yang kurang bagus, rasanya membuat The Fed enggak akan agresif menaikkan bunga acuannya. Tapi September iin kemungkinan tetap ada kenaikan 25 basis poin (bps), jadi kemungkinan pasar akan sedikit koreksi," ujar Hans kepada Kontan, Jumat (14/9).

Selain itu, sentimen perang dagang mulai mereda, di mana pelaku pasar juga tengah menunggu perundingan antara AS dengan China. Sehingga, dalam kondisi tersebut, Hans menyarankan investor untuk wait and see terlebih dahulu.

"Baiknya wait and see dulu, kalau ada pelemahan baru bisa buy on weakness di pasar," jelasnya.

Untuk saat ini, Hans menilai hanya sektor perbankan yang masih cukup menarik untuk dilirik. Meskipun ada risiko tren bunga kredit yang meningkat, namun dia optimistis sektor tersebut layak untuk dipilih.

"Perbankan cukup menarik, meskipun bank jadi salah satu(sektor) yang paling tertekan karena kenaikan suku bunga acuan, tapi mereka juga yang paling cepat rebound," paparnya.

Adapun saham yang direkomendasikan Hans adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). "Tiga saham itu bisa dibeli saat berada di posisi terendahnya atau buy on weaknes," tambahnya.

Sedangkan untuk PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dia menilai penurunannya belum cukup banyak sehingga belum direkomendasikan. Begitu juga sektor properti yang dinilai belum menarik untuk dilirik, lantaran daya belinya belum terlalu bagus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×