Reporter: Bidara Pink, Yuwono Triatmodjo | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing masih doyan mencatatkan net sell atau jual bersih saham-saham perbankan di tanah air. Hal ini tak terlepas dari keluarnya dana asing dari pasar saham Indonesia.
Asing bahkan mengukir rekor net sell teresar sepanjang sejarah pada kuartal IV-2024. Seperti dicatatkan riset PT Bahana Sekuritas, periode Oktober-Desember 2024, net sell asing atas saham bank besar di Indonesia hingga Rp 31 triliun.
Dari jumlah itu, Rp 18,53 triliun, setara 59,77%-nya terjadi di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). BBRI tak sendiri, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga dilanda aksi jual.
Baca Juga: Cermati Saham-Saham yang Paling Banyak Dijual Asing Kemarin, Selasa (7/1)
Data terbaru PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) juga menyebut, kepemilikan BBRI oleh investor asing, perorangan maupun institusi, hingga 30 November 2024 sebanyak 48,53 miliar saham.
Ini setara porsi kepemilikan 32,05%. Angka ini turun dari 51,46 miliar saham (33,96%) per 30 September 2024 dan 55,41 miliar saham (36,56%) per 31 Desember 2023.
Seiring dengan hengkangnya asing, harga BBRI terkoreksi 28,73% sepanjang tahun 2024, dari Rp 5.725 (29/12/2023) ke Rp 4.080 (30/12/2024).
Penelusuran KONTAN, FMR (Fidelity Management & Research) LLP menjadi investor asing dengan net sell BBRI terbesar, yakni sebanyak 589,71 juta saham di kuartal IV-2024
Baca Juga: Asing Terus Jual Saham BBRI, Cermati Saham yang Banyak Dilepas Selasa (7/1)
Sementera di emiten perbankan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni BBCA, aksi jual asing membuat harga BBCA pada kurtal IV-2024 turun 8,96% ke level Rp 9.400 (29/12/2024).
Pada periode itu, Blackrock Inc, investor institusi kawakan global, menjual bersih BBCA segede 33,31 juta saham.
Head of Research Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro menyebut, ketidakpastian global menghantui performa emiten perbankan, termasuk tren bunga global yang masih tinggi.
Meski ada penurunan bunga, besarannya tidak sesuai perkiraan. Ini mendorong tingginya biaya dana kredit dan memangkas margin industri bank di Indonesia.
Chief Economist PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual menyebut, saat ini Amerika Serikat (AS) menjadi primadona investor. Dana asing banyak mengalir ke AS, terutama pada saham-saham teknologi.
Baca Juga: IHSG Menguat ke 7.083, Intip Saham-Saham yang Banyak Dikoleksi Asing Hari Ini (7/1)
Dana asing tengah terkonsentrasi di sana (AS). Dana asing yang ada di Indonesia dan dari negara berkembang, lari ke saham sektor teknologi di AS, tutur David ke KONTAN, Selasa (7/1).