Reporter: Umi Kulsum | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kepemilikan obligasi korporasi oleh investor asing semakin bertambah besar. Meski begitu, porsi dana asing pada obligasi korporasi masih terhitung mini.
Mengacu data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), kepemilikan investor asing di obligasi korporasi per 31 Maret 2017 naik 7,82% menjadi Rp 21,07 triliun secara year to date (ytd). Namun jika dibandingkan dengan total nilaiobligasi beredar yang mencapai Rp 325,51 triliun, porsi investor asing tersebut cuma setara 6,47%.
Fund Manager Capital Asset Management Desmon Silitonga menjelaskan, kepemilikan asing di obligasi korporasi memang terhitung mini jika dibandingkan dengan porsi asing di obligasi pemerintah. Kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) hingga akhir Maret mencapai Rp 723,22 triliun atau 38,24% dari total outstanding sebesar Rp 1,891,04 triliun.
Jika dilihat historisnya, porsi investor asing di obligasi korporasi baru menunjukkan tren kenaikan dalam dua tahun belakangan ini. "Sebelumnya asing melihat obligasi korporasi dalam negeri belum menjadi instrumen yang menarik," kata Desmon, kemarin.
Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra berpendapat, investor asing mulai gencar masuk ke pasar obligasi sejak November dan Desember tahun lalu. Sebab, asing masih cukup selektif memilih instrumen investasi yang menarik. "Rata-rata asing berani masuk ke korporasi yang sudah mereka kenal, misalnya bank UOB, MayBank atau CIMB," papar Made.
Ia memprediksikan, kepemilikan asing di obligasi korporasi bisa mencapai 7,5%. Hitungan optimistis bisa berada di kisaran 10%.
Kenaikan porsi asing di obligasi korporasi juga ditopang oleh gencarnya badan usaha milik negara (BUMN) menerbitkan obligasi awal tahun ini. Tambah lagi, ada POJK No 36 Tahun 2016 yang menyetarakan investasi obligasi korporasi pelat merah dengan SBN. "Hal tersebut juga menjadi pemicu asing perlahan masuk ke surat utang dalam negeri," jelas Desmon.
Tapi asing masih berhati-hati masuk pasar obligasi korporasi. Selain faktor likuiditas, gagal bayar obligasi korporasi terbilang tinggi.
Kendala asing
Anil Kumar, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia, mengatakan, pemicu investor asing menahan diri masuk ke obligasi korporasi lantaran hanya beberapa bank saja yang bisa membeli instrumen ini di secondary market.
Selain itu, Indonesia belum punya perdagangan obligasi melalui Electronic Trading Platform (ETP) untuk memudahkan investor bertransaksi. "Issuance yang dilakukan oleh korporasi masih melalui broker yang jaringannya belum internasional sehingga investor asing tidak mudah mengenal pasar obligasi dalam negeri," terang dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News