kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investor asing melepas kepemilikan di saham defensif, ini sebabnya


Selasa, 29 Desember 2020 / 16:53 WIB
Investor asing melepas kepemilikan di saham defensif, ini sebabnya
ILUSTRASI. Sejak awal tahun, asing mencatatkan transaksi penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 61,55 triliun.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah fenomena windows dressing, investor asing masih getol melepas kepemilikannya di pasar saham domestik. Sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd), asing mencatatkan transaksi penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 61,55 triliun. Dalam jangka waktu sebulan perdagangan, investor asing juga masih mencatatkan net sell, yakni senilai Rp 5,76 triliun.

Dalam perdagangan sebulan, asing terpantau banyak melepas posisinya di saham-saham yang bersifat defensif, seperti saham emiten perbankan, telekomunikasi, hingga barang konsumsi. Mengutip RTI, per Selasa (20/12), saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi saham yang paling banyak dibuang asing. Emiten pelat merah ini mencatatkan net sell sebesar Rp 1,4 triliun dalam sebulan.

Di posisi kedua, terdapat saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan net sell mencapai Rp 1,2 triliun. Menyusul ICBP, terdapat saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan net sell asing Rp 1,12 triliun.

Selain TLKM, ICBP, dan BBRI, ada pula sejumlah saham kelas kakap yang dilepas asing, diantaranya saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dengan net sell Rp 1,03 triliun, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan net sell Rp 842,5 miliar, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan net sell Rp 638,6 miliar, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan net sell Rp 484,9 miliar, serta saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan nilai net sell sebesar Rp 474,5 miliar.

Baca Juga: IHSG melemah 0,94% pada Selasa (29/12) diiringi net sell investor asing

Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, investor asing punya kriteria  dalam pengambilan keputusan yang bervariatif. Dasar pengambilan keputusan ini tidak selalu atas dasar performa emiten atau proyeksi kinerja ke depan.

William menilai, dilepasnya saham-saham defensif ini kemungkinan karena adanya momentum di saham lain yang memungkinkan adanya profit yang lebih cepat . “Seperti saham-saham komoditas, memang terlihat asing melakukan net buy,” terang William kepada Kontan.co.id, Selasa (29/12).

Sejumlah saham siklikal seperti saham pertambangan logam menjadi saham yang banyak diburu asing setidaknya dalam waktu sebulan. Saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) misalnya, mencatatkan net buy senilai Rp 665,4 miliar. Saham berbasis tambang lainnya seperti PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) juga mencatatkan net buy masing-masing Rp 219,06 miliar, Rp 124,04 miliar, dan Rp 139,65 miliar.

Baca Juga: Berkat sederet kebijakan, OJK klaim kondisi industri keuangan di akhir tahun stabil

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menilai, terdapat berbagai macam faktor yang menyebabkan asing melepas saham-saham  tersebut, meski saham-saham tersebut masuk dalam konstituen Indeks LQ45. Pertama, investor asing mempertimbangkan imbas kondisi pandemi saat ini dengan proyeksi kinerja serta perkiraan akan terjadinya perlambatan kinerja.

Kedua, terjadi rebalancing portofolio dimana investor asing kemungkinan melihat potensi upside di saham sektor-sektor lainnya. “Bisa jadi, karena keinginan mereka untuk mengurangi bobot di saham-saham big caps karena dianggap nilainya sudah tinggi dan beralih ke saham-saham lainnya yang masih dinilai rendah harganya,” ujar Reza kepada Kontan.co.id, Selasa (29/12).

Berbagai sentimen pun dinilai menjadi penyebab investor asing melepas kepemilikannya di saham-saham ini. Untuk saham-saham barang konsumsi (makanan, minuman, dan farmasi) terdapat sentimen kinerja yang terimbas pandemi saat ini. Sementara untuk emiten perbankan disebabkan masalah restrukturisasi kredit dan potensi default kredit karena banyak sektor yang dibiayai oleh perbankan terkena imbas pandemi. 

Baca Juga: Harga minyak naik di tengah harapan stimulus AS guna kerek permintaan bahan bakar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×