Reporter: Nadya Zahira | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi reksadana diprediksi masih prospektif pada 2024, asalkan tetap menyesuaikan profil risiko investor.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, hal tersebut berkaca pada sentimen global dan domestik, di mana adanya potensi rencana pelonggaran kebijakan moneter.
“Pelonggaran kebijakan moneter tersebut yaitu penurunan suku bunga yang diekspektasikan lebih awal dari sebelumnya yang terjadi pada 2024, akibat tingkat inflasi lebih terjaga,” ujar Arjun kepada Kontan.co.id, Jumat (9/2).
Baca Juga: Strategi Trading & Investasi Beserta Saham Pilihan pada Pekan Pemilu & Pilpres
Dengan begitu, menurutnya, hal tersebut bisa berpotensi menurunkan tingkat imbal hasil obligasi ke depannya. Kemudian, berpotensi memberikan dampak positif pada perusahaan untuk melakukan ekspansi, hingga mengurangi beban biaya bunga.
Lebih lanjut, dia mengatakan pada tahun 2024, produk reksadana yang dapat dicermati untuk para investor adalah reksadana pendapatan tetap.
Pasalnya, instrumen investasi tersebut memiliki durasi yang cukup panjang untuk menangkap peluang penurunan imbal hasil obligasi akibat adanya potensi penurunan suku bunga pada tahun ini.
Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG Untuk Senin (12/2) di Pekan Pemilu
Namun demikian, dia tidak merekomendasikan para investor untuk berinvestasi di produk reksadana saham karena terdapat potensi kenaikan nilai investasi, di mana adanya tantangan tingkat risiko yang masih tinggi dari pasar global.
“Baik dari risiko geopolitik, lalu resesi dan perlambatan ekonomi global yang dapat mempengaruhi permintaan ekspor Indonesia, hingga risiko tahun pemilu di 2024," kata dia.
Arjun mengatakan, bahwa terdapat sejumlah risiko baik dari global maupun domestik yang dapat mempengaruhi investasi reksa dana diantaranya yaitu, risiko global, salah satunya risiko perubahan arah kebijakan moneter bank sentral dunia terutama kebijakan the Fed.
Baca Juga: Tahun Politik, Reksadana Pasar Uang Masih Menarik Dikoleksi
“Kemudian juga adanya risiko perlambatan atau resesi ekonomi global, dan risiko geopolitik di beberapa wilayah di dunia,” sebut Arjun.
Adapun risiko domestiknya menurut dia yakni, adanya risiko politik 2024 di Indonesia yang dapat mengubah kebijakan pemerintah ke depan.
Lalu risiko defisit transaksi berjalan akibat volatilitas atau perlambatan ekonomi global, dan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia juga menjadi sebuah tantangan untuk pertumbihan reksadana pada tahun ini, di mana ekspektasi atau target Bank Indonesia di level 4,75%-5,5% secara tahunan untuk 2024,” tandas Arjun.
Salaras dengan hal ini, Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi mengatakan instrumen investasi reksadana masih cukup menarik untuk dikoleksi pada tahun2024.
Untuk itu, menurut dia waktu yang tepat untuk membeli reksadana adalah sedini mungkin agar bisa segera meraih tujuan investasi.
Baca Juga: Strategi Manajer Investasi Raup Cuan dari Kelolaan Reksadana Saham di Awal 2024
“Namun, para investor tetap harus memastikan untuk mempertimbangkan risiko dan keuntungan dari reksadana tersebut sebelum membelinya,” kata Reza kepada Kontan.co.id, Jumat (9/2).
Selain itu, dia mengatakan, yang membuat investasi reksadana masih cukup menarik untuk dikoleksi pada tahun ini. Lantaran tingkat inflasi tahun 2024 diprediksi lebih terkendali dan pertumbuhan ekonomi sesuai ekspektasi.
“Pasalnya di tahun 2024 ini juga terdapat penyelenggaraan Pemilu, yang diharapkan bisa mendorong kenaikan beberapa sektor bisnis,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News