kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Investasi berbasis obligasi bisa jadi pilihan investasi di masa resesi


Minggu, 09 Agustus 2020 / 13:44 WIB
Investasi berbasis obligasi bisa jadi pilihan investasi di masa resesi
ILUSTRASI. Reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi akan kinerja paling menjanjikan dibandingkan reksadana saham.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 tercatat mengalami kontraksi 5,3%. Catatan ini menambah panjang negara-negara yang terancam mengalami resesi pada tahun ini, setelah sebelumnya Jerman dan Amerika Serikat (AS) juga mengalami kontraksi ekonomi yang dalam.

Lantas seperti apa prospek investasi di tengah ancaman resesi yang melanda tahun ini? Para pakar masih optimistis bahwa investasi masih punya prospek yang menarik. Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana meyakini investasi berbasis obligasi masih jadi pilihan yang menarik tahun ini.

Ke depan, Wawan melihat, reksadana pendapatan tetap masih akan menjadi reksadana dengan proyeksi kinerja paling menjanjikan dibandingkan reksadana saham. Pasalnya, secara year to date, reksadana pendapatan tetap memiliki angka pertumbuhan terbaik yakni 4,43%. Sementara reksadana saham meski mulai membaik kinerjanya, namun sepanjang tahun ini diperkirakan masih akan tetap negatif.

Baca Juga: Resesi ekonomi mengancam Indonesia, ini saham-saham rekomendasi analis

"Reksadana pendapatan tetap jadi yang paling diunggulkan untuk bisa optimal dari sisi risiko, terutama untuk (reksadana pendapatan tetap) yang isinya surat utang negara (SUN). Sementara untuk reksadana saham, penurunan pendapatan perusahaan bisa memicu koreksi dan jika pertumbuhan GDP di kuartal III-2020 ternyata di luar ekspektasi, juga akan menjadi katalis negatif,” kata Wawan kepada Kontan.co.id, Jumat (7/8).

Wawan memperkirakan, pada akhir tahun nanti untuk seri acuan 10 tahun akan berada di kisaran 6%, sementara untuk IHSG akan kembali ke level 5.400-5.500.

Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich menilai, investasi berbasis saham hanya menarik dikoleksi untuk investasi jangka panjang.  Alasannya adalah valuasi yang rendah, serta ekspektasi pemulihan ekonomi dalam setahun ke depan juga akan menjadi faktor yang membuat kinerja reksadana saham bisa cemerlang.

Namun, Farash menyebut, jika untuk investasi jangka pendek, reksadana berbasis suku bunga masih akan jadi pilihan yang paling menarik.

"Kinerja reksadana pendapatan tetap akan didorong oleh tingkat inflasi yang masih rendah dan kebijakan moneter dengan suku bunga rendah, belum lagi adanya opsi  pembelian SUN oleh BI. Sehingga menjadikan reksadana pendapatan tetap atau ETF Obligasi cocok untuk jangka pendek," sebut Farash.

Baca Juga: Tekanan ekonomi meningkat, begini tips memilih obligasi korporasi



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×