Reporter: Revi Yohana Simanjuntak | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Proyeksi pertumbuhan penggunaan semen menjadi alasan pengelola PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) untuk menggelar ekspansi produksi.
INTP kini membangun pabrik penggilingan semen baru yang berlokasi di Citeureup, Bogor. Pabrik itu dirancang memiliki kapasitas produksi 1,9 juta ton per tahun.
Selain itu, INTP berencana menambah kapasitas produksi semen sebanyak 8 juta ton per tahun. Hingga tahun 2017, kapasitas produksi semen INTP ditargetkan menjadi sekitar 28,5 juta ton per tahun. Tahun lalu, kapasitas produksi semen INTP masih sekitar 18,6 juta ton.
Untuk itu, INTP tengah membangun pabrik semen di lokasi yang telah tersedia (brown field) yang juga berlokasi di Citeureup.
Ditambah lagi, INTP akan membangun dua pabrik semen baru, yang saat ini sedang memasuki tahap studi akhir. Nantinya, kedua pabrik semen baru ini akan memiliki kapasitas produksi 2 juta ton hingga 2,5 juta ton.
Analis Batavia Prosperindo, Parningotan Julio, mengatakan, rencana pemerintah menggalakkan pembangunan infrastruktur akan menggairahkan proyek properti di sekitar daerah tersebut. "Meski tidak setinggi tahun 2011, permintaan semen masih bisa tumbuh sekitar 7-8% di tahun ini," ujar Parningotan.
Margin tergerus
Namun, Parningotan mengingatkan, INTP harus dapat mengelola operasionalnya agar margin laba tidak makin tergerus. Tengok saja, margin laba bersih INTP di tahun lalu hanya 25,9%, turun dari margin laba bersih tahun 2010 yang sebesar 28,95%.
Analis Danareksa Sekuritas Chandra Pasaribu menjelaskan, salah satu faktor yang membuat margin INTP kian tergerus adalah persaingan harga yang cukup ketat.
INTP tahun lalu hanya menaikkan harga jual semen sebesar 4,1% menjadi Rp 782.000 per ton. Padahal, harga pokok penjualan tahun lalu telah meningkat 12,9% menjadi Rp 418.000 per ton.
Analis Valbury Asia Securities, Budi Rustanto, menambahkan, kenaikan harga bahan bakar juga menjadi faktor penekan margin INTP. Untuk itu, Parningotan menyarankan INTP menaikkan harga jual produknya. "Paling tidak naik 5% daripada harga rata-rata penjualan pada tahun sebelumnya," tutur dia.
Toh, ketiga analis ini masih optimistis dengan prospek INTP. Chandra memperkirakan, pendapatan INTP tahun ini Rp 16,24 triliun dengan laba bersih Rp 4,18 triliun.
Budi dan Chandra merekomendasikan beli INTP dengan target harga masing-masing Rp 21.000 dan Rp 20.350.
Parningotan merekomendasikan hold dengan target harga Rp 19.700. INTP, Rabu (4/4) melemah 1,09% menjadi Rp 18.200 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News