Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto
2. Jadilah Investor
Karena faktor pertama tadi, di mana mahasiswa masih belum memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup. Sebaiknya jadilah seorang investor dengan bertransaksi saham dalam jangka waktu yang panjang sehingga risiko yang ditanggung pun akan berkurang dibandingkan ketika bertransaksi dengan jangka pendek.
3. Tidak Berhenti Belajar
Semakin muda memulai berinvestasi, semakin banyak waktu yang tersedia untuk belajar. Di dalam berinvestasi saham terdapat dua analisa yang perlu dipelajari yaitu analisa fundamental dan analisa teknikal.
Baca Juga: Buffett: Jika tak ingin simpan saham 10 tahun, jangan membelinya meski untuk 10 menit
Namun, analisa-analisa ini tidak cukup jika digunakan untuk memprediksi saham yang baik, diperlukan pengetahuan melihat kondisi makro dan mikro juga.
Vania mencontohkan saat ini harga sawit CPO kembali ke harga 8-9 tahun lalu dan masih banyak saham-saham perusahaan undervalue seperti LSIP dengan harga wajarnya Rp 1.400 per lembar saham, sedangkan TBLA yang belum naik ke harga wajarnya Rp 1.000 rupiah per lembar saham.
Hal ini secara tidak langsung menunjukkan rendahnya kemampuan analisa makro dan mikro.
4. Mengamati strategi analis dalam menganalisa
Pentingnya menguasai metode strategic thinking untuk membaca bagaimana cara berpikir seseorang membuat kita dapat memilih saham atau menganalisa saham secara mandiri dengan melihat pola seseorang dalam menganalisa.
“Lihat saja di dalam aplikasi emiten.com, banyak analis yang memberikan penjelasan dari sisi trend & fundamental, di sinilah banyak ilmu yang perlu kita pelajari bersama”, tambah Denny Huang, CEO emiten.com, aplikasi android yang mempertemukan investor & analis saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News