Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Maret 2019 telah tercatat sekitar 413 galeri investasi yang ada di beberapa universitas di Indonesia.
Co Founder emiten.com Vania Valencia David menyebutkan bahwa mahasiswa memiliki keinginan dan minat yang serius serta mendalam untuk berkecimpung di dunia pasar modal.
Selain itu, para mahasiswa juga memiliki akses terhadap ilmu dan pengetahuan untuk berinvestasi yang dekat dan mudah.
Didukung dengan ditetapkannya mata kuliah pasar modal sebagai mata kuliah yang wajib diambil oleh mahasiswa. Hal ini tentu akan meningkatkan rasa penasaran mahasiswa terhadap investasi.
Kendati ilmu pasar modal diajarkan oleh dosen-dosen di kampus. Ia menilai masih ada mahasiswa yang kesulitan serta tidak paham mengenai intisari dari berinvestasi saham.
Baca Juga: BEI: Pasar modal syariah berkembang pesat dan semakin menarik
“Pemberian mata kuliah pasar modal saja tidak cukup digunakan sebagai modal ketika berinvestasi saham, diperlukan praktik yang berkelanjutan dan pembelajaran tanpa batas agar investasi saham dapat memberikan keuntungan yang maksimal,” ujar Vania dalam keterangannya, Senin (16/11).
Dikatakannya, rasa cepat menyerah ketika mengalami kegagalan saat berinvestasi terkadang menjadi tolak ukur mahasiswa takut untuk mencoba kembali dan belajar kembali.
"Mahasiswa juga masih rentan untuk diiming-imingi oleh beberapa oknum yang hanya ingin mengambil keuntungan dari mereka," katanya.
Maka dari itu ia juga membagikan beberapa tips yang bisa diikuti oleh mahasiswa ketika memulai investasi saham.
1. Pilih Saham Blue Chip
Mahasiswa yang baru memulai berinvestasi kebanyakan belum memiliki pengetahuan dan pengalaman yang mumpuni, sebaiknya pilihlah saham perusahaan besar dan memiliki market capital besar atau istilahnya saham-saham blue chip.
Saham blue chip memiliki stabilitas dan likuiditas yang tinggi, produk perusahaan dan jajaran direksinya juga baik. Saham blue chip memiliki kecenderungan untuk bertumbuh dalam jangka waktu yang panjang, sehingga aman saat dibeli orang mahasiswa yang merupakan investor pemula.
2. Jadilah Investor
Karena faktor pertama tadi, di mana mahasiswa masih belum memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup. Sebaiknya jadilah seorang investor dengan bertransaksi saham dalam jangka waktu yang panjang sehingga risiko yang ditanggung pun akan berkurang dibandingkan ketika bertransaksi dengan jangka pendek.
3. Tidak Berhenti Belajar
Semakin muda memulai berinvestasi, semakin banyak waktu yang tersedia untuk belajar. Di dalam berinvestasi saham terdapat dua analisa yang perlu dipelajari yaitu analisa fundamental dan analisa teknikal.
Baca Juga: Buffett: Jika tak ingin simpan saham 10 tahun, jangan membelinya meski untuk 10 menit
Namun, analisa-analisa ini tidak cukup jika digunakan untuk memprediksi saham yang baik, diperlukan pengetahuan melihat kondisi makro dan mikro juga.
Vania mencontohkan saat ini harga sawit CPO kembali ke harga 8-9 tahun lalu dan masih banyak saham-saham perusahaan undervalue seperti LSIP dengan harga wajarnya Rp 1.400 per lembar saham, sedangkan TBLA yang belum naik ke harga wajarnya Rp 1.000 rupiah per lembar saham.
Hal ini secara tidak langsung menunjukkan rendahnya kemampuan analisa makro dan mikro.
4. Mengamati strategi analis dalam menganalisa
Pentingnya menguasai metode strategic thinking untuk membaca bagaimana cara berpikir seseorang membuat kita dapat memilih saham atau menganalisa saham secara mandiri dengan melihat pola seseorang dalam menganalisa.
“Lihat saja di dalam aplikasi emiten.com, banyak analis yang memberikan penjelasan dari sisi trend & fundamental, di sinilah banyak ilmu yang perlu kita pelajari bersama”, tambah Denny Huang, CEO emiten.com, aplikasi android yang mempertemukan investor & analis saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News