Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas dunia dan Antam kembali menguat sepekan terakhir. Diperkirakan harganya masih berpotensi menguat hingga akhir tahun, kendati terdapat sejumlah sentimen negatif.
Di pasar spot, harga emas dunia mengalami penguatan 0,12% ke US$ 1.944 per ons troi pada Kamis (31/8) pukul 17.48 WIB. Lebih jauh ke belakang, sepekan terakhir harganya telah naik 1,44%.
Harga emas Antam juga juga mengalami kenaikan pada Kamis ke Rp 1.079.000 per gram atau naik Rp 2.000 dari hari sebelumnya. Sementara sepekan terakhir harganya naik 0,93% dari harga Rp 1.069.000 per gram.
Meski begitu, harga keduanya masih berada di bawah level tertingginya sepanjang tahun ini. Emas di pasar spot pada April berada di level US$ 2.112 per ons troy, sementara emas Antam tertinggi pada Mei 2023 di level Rp 1.096.000 per gram.
Baca Juga: Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Kamis 31 Agustus 2023, Cek Daftarnya di Sini
Research & Development ICDX Revandra Aritama menjelaskan, pergerakan harga emas masih dibayangi sentimen pengetatan kebijakan suku bunga bank sentral AS yang membuat dolar Amerika Serikat (AS) menguat. Emas dunia ditransaksikan dengan dolar sehingga penguatan mata uang tersebut membebani aksi beli pelaku pasar yang memegang mata uang lainnya.
"Ini tidak terkecuali pada emas yang diperdagangkan di Indonesia," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (31/8).
Sementara itu, bank sentral AS kembali menaikkan suku bunga sebesar 25bps pada pertemuan FOMC bulan Juli setelah mempertahankan suku bunga tetap stabil di bulan Juni. Suku bunga acuan AS saat ini berada di kisaran 5,25% - 5,50%.
Pidato terbaru Ketua Fed Jerome Powell di Jackson Hole, menunjukkan gelagat untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut jika diperlukan, tetapi dengan tetap mengambil tindakan secara hati-hati dan menunggu data lebih lanjut.
"Berlanjutnya kenaikan nilai suku bunga menjadi ancaman bagi pergerakan harga komoditas emas dunia, termasuk di Indonesia," katanya.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong menimpali, meski terdapat sentimen negatif terkait kondisi makroekonomi, harga emas dunia dan Antam masih berpotensi naik. Namun, kenaikannya akan berfluktuasi merespons data-data ekonomi AS yang menjadi pertimbangan Fed dalam langkah kebijakan suku bunga ke depan.
Ia melihat saat ini Fed lebih fokus pada data tenaga kerja dan pendapatan pekerja, lantaran data tersebut merupakan faktor utama pada tingkat inflasi. Selain itu ada data pertumbuhan PDB dan aktifitas manufaktur.
Baca Juga: Harga Emas Diramal Solid, Cek Rekomendasi Saham Bumi Resources Minerals (BRMS)
Lukman pun menilai, level US$ 1.900 masih kuat dan merupakan harga support yang ideal untuk investor masuk. Namun, ia mengingatkan, harga emas umumnya mulai tertekan menjelang FOMC dan pidato Powell dan harga akan rebound setelah itu.
"Investor baiknya menghindari pembelian sebelum event-event tersebut," katanya.
Adapun di akhir tahun, Lukkan berpendapat harga emas akan berkisar US$ 2.050 - US$ 2.100 per ons troi. Dengan asumsi rupiah di level Rp 15.250 per dolar AS, maka emas Antam akan berkisar di Rp 1.130.000 - Rp 1.160.000 juta per gram.
Sementara Revandra memperkirakan, apabila emas mendapatkan sentimen positif maka harga di akhir tahun maka harga emas Antam akan berada di Rp 1.100.000 juta per gram. Namun, apabila terus mendapatkan sentimen negatif maka harganya akan berada di level support sebesar Rp 1.040.000 per gram.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News