kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Intip Outlook Pasar Obligasi Indonesia dari Schroders Indonesia Berikut Ini


Rabu, 22 Desember 2021 / 10:42 WIB
Intip Outlook Pasar Obligasi Indonesia dari Schroders Indonesia Berikut Ini
ILUSTRASI. Schroders Indonesia menyebut, pasar obligasi Indonesia masih mampu mencatatkan kinerja positif di tengah keluarnya aliran dana asing.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menyambut tahun 2022, pasar obligasi Indonesia memiliki modal berharga. Likuiditas, fundamental yang solid, serta kebijakan moneter yang akomodatif menjadi faktor penting yang menopang pasar obligasi pada tahun depan.

Schroders Indonesia dalam rilis outlook pasar obligasi 2022 menyebut, pasar obligasi Indonesia masih mampu mencatatkan kinerja positif di tengah keluarnya aliran dana asing. Salah satu penyebabnya adalah likuiditas yang berlimpah pada sektor keuangan. Likuiditas inilah yang pada akhirnya dialihkan ke SBN dan menopang pasar obligasi

"Alhasil, dinamika permintaan dan penawaran obligasi tampak seimbang terlepas dari gelombang kedua varian delta dan meningkatnya inflasi global," sebut Schroders Indonesia dalam outlooknya pada Selasa (21/12)

Sementara untuk ke depan, akan jadi periode yang berbeda bagi investor obligasi karena ekonomi global mulai dibuka kembali. Belum lagi persoalan sisi pasokan yang tidak seimbang dari kenaikan biaya energi, kemacetan logistik, hingga kelangkaan semikonduktor.

Baca Juga: Simak Outlook Pasar Saham Indonesia Tahun 2022 dari Schroders Indonesia

Tidak seimbangnya rantai pasokan diakibatkan karena tidak mampu mengatasi ledakan permintaan karena terganggu oleh pemulihan yang tidak merata terutama di antara negara-negara emerging market yang masih banyak dengan Covid-19.

Di satu sisi, para bank sentral global juga berada di persimpangan jalan selepas memberikan kebijakan moneter yang sangat longgar sejak 2020. Pasalnya, selepas pandemi bisa tertangani, pemulihan ekonomi berjalan sangat cepat. Tercermin dari daya PMI yang terus positif, kenaikan harga komoditas, rendahnya angka pengangguran, serta kenaikan inflasi.

Oleh karena itu, investor harus mengantisipasi perubahan kebijakan moneter pada tahun depan, sebab bank sentral berpotensi kehilangan kredibilitasnya  jika kebijakan super akomodatif saat ini tidak disesuaikan. Pasalnya, hal ini bisa memicu spekulasi lebih jauh soal assets bubble. 

Menurut Schroders Indonesia, kuncinya terletak pada penyesuaian kebijakan yang ramah dengan pasar. Jika perubahan kebijakan dilakukan secara mendadak dan tidak ramah, berpotensi mengakibatkan taper tantrum layaknya 2013 silam.

"Menariknya, Indonesia justru berada pada situasi yang berbeda. Neraca yang surplus, FDI yang positif, kredit yang rendah, serta inflasi yang terjaga membuat Bank Indonesia punya ruang untuk mempertahankan kebijakan saat ini setidaknya hingga akhir semester I-2022," imbuh Schroders Indonesia.

Selain itu, anggaran fiskal negara juga berada dalam posisi yang lebih baik seiring pendapatan yang lebih tinggi. Ini membuat penerbitan obligasi juga jauh lebih rendah. Kendati begitu, pasar akan memperhatikan kebijakan burden sharing dan diekspektasikan tidak berlanjut selepas 2022. 

Dengan kemungkinan suku bunga kembali dipangkas sangat kecil pada tahun depan, Schroders Indonesia memperkirakan return di pasar obligasi akan normal. Namun, hal ini dengan asumsi kasus Omicron tidak separah Delta, serta kenaikan suku bunga acuan tidak tertalu tinggi. 

Hal ini akan membuat interest rate untuk jangka pendek lebih rendah dibanding interest rate jangka panjang. Sehingga durasi spread masih akan memberikan bantalan yang cukup bagi investor. 

"Pada akhirnya, di tengah perubahan arah ekonomi, investor diekspektasikan untuk tetap gesit dan likuid. Income fund akan lebih disukai ketimbang total return fund, dan kami sudah memiliki pengaturan untuk memenuhi kebutuhan tersebut," imbuh Schroders Indonesia.

Baca Juga: Perekonomian Tumbuh Pesat Pada 2022, Ini Strategi Racik Reksadana Saham MAMI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×