kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.489   45,00   0,29%
  • IDX 7.736   0,93   0,01%
  • KOMPAS100 1.201   -0,35   -0,03%
  • LQ45 958   -0,50   -0,05%
  • ISSI 233   0,21   0,09%
  • IDX30 492   -0,18   -0,04%
  • IDXHIDIV20 591   0,64   0,11%
  • IDX80 137   0,04   0,03%
  • IDXV30 143   0,27   0,19%
  • IDXQ30 164   0,00   0,00%

Intip Mata Uang yang Layak Dipantau di Tengah Tren Suku Bunga Turun pada Tahun 2024


Rabu, 06 Desember 2023 / 20:32 WIB
Intip Mata Uang yang Layak Dipantau di Tengah Tren Suku Bunga Turun pada Tahun 2024
ILUSTRASI. Sejumlah mata uang asing. REUTERS/Kacper Pempel/Illustration/File Photo


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (USD) masih menjadi pasangan favorit untuk berinvestasi valuta asing, jika memanfaatkan rupiah (IDR). Harga Dolar AS memang cukup volatil, namun masih ramai ditransaksikan di Indonesia.

Research And Development PT Handal Semesta Berjangka Alwy Assegaf mengamati, USD masih menjadi yang paling kuat terhadap IDR di sepanjang tahun 2023 berjalan. Adanya kebijakan super ketat dari The Fed telah mengangkat posisi Dolar AS lebih tinggi, termasuk di hadapan rupiah.

Bank sentral Amerika tersebut telah memulai kebijakan hawkish-nya sejak tahun 2022 sebagai upaya menekan inflasi. Kesenjangan suku bunga itulah yang membuat nilai tukar dolar AS terus menguat sampai tahun 2023 ini.

Mata uang negara Swiss yaitu CHF juga lebih kuat berkat kebijakan suku bunganya yang beralih dari sikap untuk tidak bertindak agresif. Banyak investor berbondong menuju negara dengan imbal hasil tinggi seperti Swiss, sehingga akhirnya menguatkan posisi nilai tukar.

Baca Juga: Penguatan Dolar AS Bebani Harga Minyak Dunia

Bank sentral Swiss sebelumnya menerapkan negative interest rate policy dengan mempertahankan suku bunga minus 0,675%. Namun kondisi inflasi dan era suku bunga tinggi memaksa Bank Swiss untuk mengerek suku bunga hingga 1.75%

“Kebijakan suku bunga membuat outflow terutama mengarah ke negara seperti AS dan Swiss,” jelas Alwi kepada Kontan.co.id, Rabu (6/12).

Pergerakan Valas terhadap Rupiah

Pairing

Desember 2022

6 Desember 2023

YtD (%)

CHF/IDR

16.838,46

17.702,37

5,13

EUR/IDR

16.613,39

16.722,78

0,65

SGD/IDR

11.608,11

11.556,83

-0,44

USD/IDR

15.573

15.494

-0,50

CAD/IDR

11.505,78

11.410,82

-0,82

AUD/IDR

10.577,93

10.191,95

-3,64

JPY/IDR

118,14

105,26

-10,90

Sumber : Bloomberg

Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa Swiss Franc (CHF) harganya sudah naik tinggi dari awal tahun. CHF merupakan mata uang yang sejauh ini tetap tangguh di hadapan rupiah.

Sementara itu, dolar AS posisinya saat ini sedikit koreksi. Tetapi hasil tersebut tidak menghapuskan fakta bahwa rupiah tahun ini sempat lama berada di bawah tekanan dolar AS, hingga mendekati level Rp 16.000.

Alwi mengamini bahwa dolar AS sudah banyak mendapat suntikan tenaga berkat dana investasi yang masuk ke negara paman sam tersebut. Kebijakan suku bunga acuan The Fed telah melambungkan imbal hasil obligasi AS capai rekor tertinggi sejak tahun 2007.

Anjloknya nilai tukar Yen (JPY) sendiri dianggap sebagai akibat tertinggalnya Bank of Japan (BoJ) dalam menanggapi tren suku bunga tinggi. Pemerintah Jepang masih kukuh dengan sikap negative interest rate policy.

Baca Juga: Indef Proyeksi Kurs Rupiah Capai Rp 15.000 Per Dolar AS di Tahun 2024

Alwi bilang,  saat ini suku bunga acuan Jepang minus 0,1% di saat Bank sentral The Fed berada di kisaran 5,25%-5,5%. Bank Indonesia (BI) juga mengikuti The Fed dan saat ini mempertahankan suku bunga acuan sebesar 6%.

“Bank sentral Jepang bisa dikatakan mengadopsi kebijakan moneter longgar, ketika bank lain sudah melakukan pengetatan. Inilah penyebab mata uang mereka tertinggal,” imbuh Alwy.

Terlepas dari pelemahannya, Alwi menilai, posisi JPY yang sudah anjlok dalam sekaligus menjadi sinyal yang bagus untuk kembali melirik mata uang tersebut. Pasalnya, BoJ berencana untuk meninggalkan kebijakan moneter supra longgar.

Akhir tahun ini akan krusial bagi pasar karena pemangku kepentingan Jepang akan kembali bertemu membahas kebijakan moneter. Kondisi pengetatan kebijakan moneter akan mengangkat harga JPY di tahun depan, dan sebenarnya sudah menjadi titik untuk rebound karena JPY sudah turun dalam.

Sebaliknya, Alwi menambahkan, posisi dolar AS harus diukur lagi di tahun depan seiring rencana pemangkasan suku bunga di Maret 2024. USD diperkirakan koreksi karena pasar berekspektasi pemangkasan suku bunga sejalan dengan terkendalinya inflasi. Ini kemungkinan bakal berefek juga pada tren penurunan suku bunga di zona euro.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo turut mencermati, titik pelemahan Japanese yen (JPY) akan berakhir di tahun depan. Dengan adanya perubahan kebijakan, maka JPY semakin berpeluang untuk kembali pulih.

“Sehingga pilihan untuk mulai memegang Yen terbuka lebar,” ucap Sutopo kepada Kontan.co.id, Rabu (12/6).

Sutopo menilai, rupiah berkinerja lebih baik terhadap JPY di tahun ini karena sikap moneter BoJ yang kontradiktif dengan sikap bank sentral global lain. Akibatnya Yen menjadi mata uang terlemah.

Kalau Swiss berani keluar dari kebijakan suku bunga negatif, sehingga membuat nilai tukar CHF jadi lebih menarik. Terlebih, Swiss merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, serta independesi perbankan yang dipercaya oleh global.

Menurut Sutopo, CHF masih merupakan salah satu pilihan valas untuk mendampingi JPY di tahun depan. Pasangan mata uang CHF/IDR diperkirakan berada di rentang harga 17.200 - 18.500. Sedangkan JPY/IDR diperkirakan berkisar 90-108 di tahun 2024.

Sementara, Alwi melihat potensi penguatan JPY/IDR berada di kisaran support 103.00 dan resistance di kisaran 109.15 pada tahun 2024. Kondisi underperform JPY di tahun 2023 bisa jadi titik balik, termasuk di hadapan rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×