Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
Akhir tahun ini akan krusial bagi pasar karena pemangku kepentingan Jepang akan kembali bertemu membahas kebijakan moneter. Kondisi pengetatan kebijakan moneter akan mengangkat harga JPY di tahun depan, dan sebenarnya sudah menjadi titik untuk rebound karena JPY sudah turun dalam.
Sebaliknya, Alwi menambahkan, posisi dolar AS harus diukur lagi di tahun depan seiring rencana pemangkasan suku bunga di Maret 2024. USD diperkirakan koreksi karena pasar berekspektasi pemangkasan suku bunga sejalan dengan terkendalinya inflasi. Ini kemungkinan bakal berefek juga pada tren penurunan suku bunga di zona euro.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo turut mencermati, titik pelemahan Japanese yen (JPY) akan berakhir di tahun depan. Dengan adanya perubahan kebijakan, maka JPY semakin berpeluang untuk kembali pulih.
“Sehingga pilihan untuk mulai memegang Yen terbuka lebar,” ucap Sutopo kepada Kontan.co.id, Rabu (12/6).
Sutopo menilai, rupiah berkinerja lebih baik terhadap JPY di tahun ini karena sikap moneter BoJ yang kontradiktif dengan sikap bank sentral global lain. Akibatnya Yen menjadi mata uang terlemah.
Kalau Swiss berani keluar dari kebijakan suku bunga negatif, sehingga membuat nilai tukar CHF jadi lebih menarik. Terlebih, Swiss merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, serta independesi perbankan yang dipercaya oleh global.
Menurut Sutopo, CHF masih merupakan salah satu pilihan valas untuk mendampingi JPY di tahun depan. Pasangan mata uang CHF/IDR diperkirakan berada di rentang harga 17.200 - 18.500. Sedangkan JPY/IDR diperkirakan berkisar 90-108 di tahun 2024.
Sementara, Alwi melihat potensi penguatan JPY/IDR berada di kisaran support 103.00 dan resistance di kisaran 109.15 pada tahun 2024. Kondisi underperform JPY di tahun 2023 bisa jadi titik balik, termasuk di hadapan rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News