kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.838   -98,00   -0,62%
  • IDX 7.384   -108,06   -1,44%
  • KOMPAS100 1.138   -20,96   -1,81%
  • LQ45 901   -18,70   -2,03%
  • ISSI 224   -1,86   -0,82%
  • IDX30 463   -11,32   -2,38%
  • IDXHIDIV20 560   -12,38   -2,16%
  • IDX80 130   -2,40   -1,81%
  • IDXV30 139   -1,66   -1,18%
  • IDXQ30 155   -3,12   -1,97%

Intiland bidik akuisisi lahan hingga 150 hektare


Senin, 10 September 2012 / 16:20 WIB
Intiland bidik akuisisi lahan hingga 150 hektare
ILUSTRASI. Otoritas China larang raksasa teknologi Tencent kuasai hak eksklusif musik online


Reporter: Astri Kharina Bangun | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Intiland Tbk (DILD) mulai membidik akuisisi lahan untuk kawasan industri seluas 100-150 hektare dalam dua tahun ke depan. Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono mengungkapkan ada dua daerah yang diincar perseroan.

"Satu di kawasan yang masih dekat dengan Ngoro dan satu lagi, masih di sekitar Jawa Timur," ujar Archied, Senin (10/9).

Intiland saat ini memiliki kawasan industri di Ngoro, Mojokerto (Jawa Timur) yang diberi nama Ngoro Industrial Park. Ada tiga tahap pengembangan yang dilakukan perseroan. Tahap pertama, seluas 220 hektare sudah dilakukan perseroan sejak 1995. Proyek ini bekerja sama dengan RSEA Enggineering Corporation dengan penyertaan masing-masing sebesar 50%. Untuk tahap pertama ini masih tersisa lahan seluas 3 hektare.

Penjualan tahap kedua dengan total luas 225 hektare mulai dilakukan sejak 2011. Proyek tahap kedua ini digarap Intiland tanpa mitra dengan sisa lahan yang belum terjual sebesar 150 hektare. Archied mengungkapkan, rata-rata tiap tahun perseroan menjual sekitar 25-30 hektare di kawasan industri.

"Tahun ini kami targetkan kawasan industri berkontribusi sebesar 15% terhadap total pendapatan," ungkap Archied.

Kontribusi tersebut lebih rendah daripada tahun lalu yang bisa mencapai 20% dari total pendapatan. Pasalnya, target jual lahan tahun ini pun lebih rendah daripada tahun lalu, yakni 23-25 hektare. Namun, Archied mengatakan, dari segi harga jual terjadi kenaikan. Sebagai gambaran, tahun lalu penjualan di kawasan industri Ngoro adalah Rp 380.000 per m2. Awal tahun ini, perseroan bisa menjual Rp 500.000 per m2.

"Sekarang kami rencana membuka harga Rp 700.000 m2. Harga cukup bagus karena dari segi permintaan ada kenaikan," kata Archied.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×