Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pasar saham yang belum pulih, saham defensif menjadi pilihan. Reksadana Insight Nusantara equity Fund I Nusantara milik Insight Investment Management juga kini fokus mengoleksi saham defensif.
Camar Remoa, Fund Manager Insight Investment Management mengatakan kondisi pasar baik domestik maupun global cenderung berfluktuasi tinggi. Camar mengatakan, fluktuasi pasar yang tinggi disebabkan oleh faktor ketidakpastian pasar dari perkembangan perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Selain itu, adanya proses rebalancing Morgan Stanley Capital International (MSCI) juga menambah ketidakpastian pasar. Apalagi pasar saham semakin lesu setelah laporan keuangan di kuartal I 2019 emiten di Indonesia kurang menggembirakan. "Pasar saham secara data historis di setiap Mei akan cenderung mengalami koreksi," kata Camar, Selasa (14/5).
Kondisi tersebut membuat Camar mulai mengubah strategi menjadi overweight pada saham big caps yang bersifat lebih defensif dan mengurangi porsi trading sejak Apirl lalu.
Jika di kuartal I 2019, Camar cukup gencar melakukan trading dengan porsi 20%-40% di saham middle dan small cap, kini Camar akan mengurangi porsi trading.
Sektor keuangan dan konsumsi yang sahamnya bersifat defensif pun menjadi pilihan utama saat pasar sedang bergerak fluktuatif. "Sektor keuangan dan konsumsi pada dasarnya menjadi backbone bagi pasar dan juga ekonomi di Indonesia sehingga prospek sektor tersebut tetap menarik," kata Camar.
Di tengah fluktuasi pasar yang tinggi, kinerja reksadana Insight Nusantara Equity Fund I Nusantara ini pun mengalami koreksi setelah di kuartal I 2019 sempat membukukan pertumbuhan kinerja hingga 16,83%.
Berdasarkan data Infovesta Utama, per Jumat (17/5), reksadana Nusantara Equity Fund I Nusantara berkinerja -12,3% dalam satu bulan terakhir. Sedangkan, di periode yang sama rata-rata kinerja reksadana saham yang tercermin dalam Infovesta Equity Fund Index berkinerja -8,33%.
Melihat kondisi pasar saat ini, Camar optimistis kinerja positif tetap dapat diraih. Dia memproyeksikan, reksadana ini naik kinerjanya 10%-15% hingga akhir tahun.
Insight Investment Management menargetkan jumlah dana kelolaan reksadana ini di akhir tahun mencapai Rp 75 miliar hingga Rp 100 miliar.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan secara historis penurunan saham defensif tidak sebesar penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Namun, risiko tetap ada, yaitu ketika IHSG rebound, kenaikan harga saham defensif berpotensi tidak sebesar kenaikan IHSG.
Sektor konsumer memang kerap dipilih sebagai saham defensif yang memiliki cashflow kuat adalah UNVR, ICBP, dan BBCA.
Wawan memproyeksikan ketidakpastian pasar dan volatilitas tinggi masih berkemungkinan terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama. "Kondisi politik di dalam negeri baru akan membaik setelah pelantikan presiden di Oktober sementara perang dagang masih tergantung sikap Trump jelang pemilu tahun depan," kata Wawan.
Namun, Wawan optimistis IHSG berpotensi rebound ke level 6.700 hingga 6,800 selama faktor penting suku bunga The Fed tidak naik.
Di tengah volatilitas tinggi, Wawan menyarankan bagi investor jangka pendek tidak masuk ke reksadana saham, tetapi bagi investor jangka panjang ini adalah kesempatan untuk masuk ke reksadana saham.
Per April 2018, dana kelolaan Insight Investment Mangement secara keseluruhan mencapai sekitar Rp 15,3 triliun. Insight menargetkan dana kelolaan bisa tumbuh menjadi Rp 18 triliun di akhir tahun. Salah satu upaya dalam menambah dana kelolaan, Insight Investment Management berencana menerbitkan exchange traded fund (ETF).
ETF tersebut akan melengkapi jenis reksadana saham Insight Investment Management yang berjumlah empat produk. Ketiga reksadana saham milik Insight IM yang lain adalah Reksadana Insight I-Wealth, Reksadana Indeks IDX30 dan Reksadana Indeks Insight Sri Kehati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News