kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Insiden penyitaan kapal tanker Inggris membuat harga minyak kembali melonjak


Selasa, 23 Juli 2019 / 17:04 WIB
Insiden penyitaan kapal tanker Inggris membuat harga minyak kembali melonjak


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tensi konflik geopolitik yang meningkat di kawasan Timur Tengah kembali mengangkat harga minyak mentah dunia.

Selasa (23/7) pukul 15.50 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman bulan September 2019 di New York Mercantile Exchange (Nymex) berada di level US$ 56,39 per barel atau naik 0,30% dari hari sebelumnya di level US$ 56,22%.

Hasil ini membuat kenaikan harga minyak WTI kembali berlanjut. Kemarin, harga minyak sempat melonjak hingga 1,06%.

Setali tiga uang, harga minyak Brent di ICE Futures untuk kontrak pengiriman September 2019 juga merangkak naik 0,13% ke level US$ 63,39 per barel pada hari ini.

Analis Monex Investindo Futures Faisyal menyampaikan, lonjakan harga minyak kembali terjadi akibat adanya kekhawatiran di kawasan Timur Tengah. Hal ini setelah jelang akhir jelang akhir pekan lalu Garda Revolusi Iran mengklaim telah menyita kapal tanker berbendera Inggris di Selat Hormuz.

Alhasil, harga minyak kembali melambung. Pasalnya, insiden ini terjadi di Selat Hormuz yang notabene salah satu jalur distribusi utama minyak global. “Pasokan minyak berpotensi kembali terganggu,” kata Faisyal, Selasa (23/7).

Sentimen ini membuat konflik geopolitik yang melibatkan Iran semakin ruwet. Apalagi, di pekan lalu Iran membantah langsung pernyataan menteri luar negeri AS terkait kesediaan negara Persia tersebut untuk bernegosiasi.

Asal tahu saja, sebelum kabar penyitaan kapal tanker Inggris oleh Iran mencuat, harga minyak sebenarnya sempat merosot. Sepanjang pekan lalu, harga minyak WTI terkoreksi hingga 7,6%.

Menurut Faisyal, saat itu pasar kembali dihantui oleh ancaman perlambatan ekonomi global. Ditambah lagi, sejumlah kilang minyak AS di teluk Meksiko kembali beroperasi pasca berakhirnya badai di kawasan tersebut. 
“Penurunan cadangan minyak AS juga tidak berpengaruh banyak terhadap pergerakan harga di pekan lalu,” terangnya.

Ia menambahkan, tren kenaikan harga minyak masih bisa berlanjut kendati terbatas. Walau perkembangan konflik geopolitik Timur Tengah masih bisa menjadi penopang, potensi perlambatan ekonomi global kembali menjadi sentimen negatif yang dapat menghambat laju harga minyak.

Mengutip Reuters, akibat aktivitas ekonomi global yang mengecewakan membuat Goldman Sachs pada Minggu (21/7) lalu memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia menjadi 1,275 juta barel per hari di tahun ini.

Secara teknikal, harga minyak berada di bawah MA50, MA100, dan MA200. Indikator MACD berada di level -0,377 sedangkan RSI berada di level 44,25. Di sisi lain, indikator stochastic berada di level 47,40.

Faisyal memprediksi, harga minyak akan diperdagangkan di area US$ 54,70—US$ 58,00 per barel pada Rabu (24/7) besok. Sedangkan untuk sepekan mendatang harga komoditas ini akan bergulir di level US$ 51,00—US$ 62,00 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×