kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Inilah Saham Blue Chip yang Masih Undervalued, Hari Ini (7/9) Pilih Beli Atau Tahan?


Rabu, 07 September 2022 / 07:32 WIB
Inilah Saham Blue Chip yang Masih Undervalued, Hari Ini (7/9) Pilih Beli Atau Tahan?
ILUSTRASI. Inilah Saham Blue Chip yang Masih Undervalued, Hari Ini (7/9) Pilih Beli Atau Tahan?


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mendaki hingga awal September 2022. Namun, sejumlah saham blue chip masih memiliki valuasi saham yang murah alias undervalued.

Simak daftar saham blue chip yang masih undervalued. Cek juga rekomendasi saham blue chip untuk perdagangan hari ini, Rabu 7 September 2022.

Saham blue chip adalah saham lapis satu di bursa. Saham blue chip adalah jenis saham yang memiliki kapitalisasi pasar yang besar, mencapai di atas Rp 10 triliun.

Mengutip MNC Sekuritas, saham blue chip memiliki beberapa karakteristik. Salah satunya adalah memiliki kapitalisasi besar. Nilai kapitalisasi suatu perusahaan mampu mencapai nilai triliunan rupiah. Besarnya kapitalisasi pasar ini mampu membuat investor sulit dalam memanipulasi harga.

Selain itu, saham blue chip juga memiliki likuiditas yang bagus. Biasanya likuiditas ini dipengaruhi oleh jumlah saham yang dimiliki publik atau beredar di bursa. Makin banyak kepemilikan saham publik, maka makin likuid pula saham tersebut.

Saham yang masuk ke dalam kategori blue chip biasanya juga telah sudah cukup lama lama terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan jangka waktu minimal lima tahun.

Baca Juga: Saham Blue Chip Sudah Beri Untung Tinggi, Cek Yang Masih Bisa Naik Harga Lagi

Oleh karena itu, saham blue chip cenderung bergerak steady dan tidak terlalu liar. Anda tidak perlu takut dalam berinvestasi di saham blue chip.

Pasalnya, perusahaan yang sahamnya tergolong blue chip bukan lagi perusahaan yang bertumbuh, tetapi sudah termasuk dalam perusahaan yang mapan dan kuat.

Saham jenis blue chip sangat cocok untuk Anda yang ingin berinvestasi jangka panjang. Pada saat pergerakan market tidak menentu, saham Blue Chip biasanya cenderung stabil.

Bukan berarti saham blue chip tidak akan mengalami penurunan. Namun saham-saham blue chip biasanya paling cepat pulih dibandingkan saham small atau mid-caps.

Saham blue chip adalah jenis saham dari perusahaan dengan kondisi keuangan prima, serta beroperasi selama bertahun lamanya. Di Indonesia, saham-saham yang masuk dalam kategori blue chip berada pada daftar indeks LQ45.

Indeks LQ45 mencatatkan imbal hasil (return) sebesar 10,26% sejak awal tahun 2022 sampai dengan Selasa (6/9). Angka ini lebih tinggi dari return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sebesar 9,90% di periode yang sama.

Saham-saham komoditas energi mendominasi daftar 10 teratas saham LQ45 dengan kenaikan harga tertinggi. Sejak awal tahun, kenaikan harga top 10 gainers tersebut berkisar antara 30% sampai dengan lebih dari 116%.

Meskipun begitu, saham-saham komoditas energi memiliki valuasi saham yang masih murah alias undervalued. Hal ini terlihat dari price to earning ratio (PER) aktual yang berada di bawah 10 kali.

Baca Juga: Harga Saham BUMI Terus Ngegas, Simak Rekomendasi Sahamnya Berikut Ini

Per Selasa (6/9), PT Indika Energy Tbk (INDY) mencatatkan PER aktual 2,79 kali, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) 3,12 kali, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) 3,58 kali, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) 3,65 kali, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) 4,18 kali, PT Timah Tbk (TINS) 5,27 kali, PT Harum Energy Tbk (HRUM) 5,78 kali, dan PT United Tractors Tbk (UNTR) 6,39 kali.

Di luar emiten sektor komoditas energi, ada beberapa instituen LQ45 yang juga memperlihatkan PER rendah. Sebut saja PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dengan PER 4,04 kali, PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) 5,66 kali, dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) 7,32 kali.

Ada juga PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan PER 9,61 kali, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) 9,27 kali, dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) 5,32 kali.

Baca Juga: Harga BBM Naik, Sektor Apa Saja yang Diuntungkan dan Dirugikan?

Heaf of Research FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibodo menilai, secara teori, PER di bawah 10 kali memang menunjukkan bahwa suatu saham masih undervalued. Menurutnya, saham-saham komoditas energi tersebut dapat mencatatkan PER di bawah 10 kali karena adanya lompatan laba bersih yang signifikan sepanjang tahun ini.

Hal ini didorong oleh kenaikan harga komoditas, khususnya batu bara dan minyak mentah. Mengingat, rumus perhitungan PER adalah harga saham dibagi dengan earning per share (EPS) alias laba bersih per saham.

"Nah, pada tahun ini, EPS emiten komoditas energi, khususnya batu bara dan minyak mentah mengalami kenaikan signifikan sehingga membuat PER menjadi rendah," kata Wisnu saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (6/9).

Baca Juga: PER IHSG Murah Menjadi Daya Tarik Investor Asing

Hal ini menunjukkan bahwa laba bersih emiten komoditas sangat dipengaruhi harga komoditasnya. Oleh sebab itu, menurut Wisnu, investor yang tertarik berinvestasi di saham komoditas harus pandai dalam memproyeksikan harga komoditasnya dan memahami siklus bisnisnya.

Meskipun begitu, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo berpendapat, saham-saham blue chip di LQ45 dengan PER rendah yang disebutkan di atas masih layak untuk menjadi lahan investasi. Valuasinya masih di bawah rata-rata lima tahun dan berada di standard deviasi -1 sehingga masih undervalued.

Azis menilai, saham-saham yang paling menarik untuk dilirik adalah ADRO, HRUM, INDY, ERAA, MNCN, BBNI, dan BBTN karena prospek ke depannya masih positif. Saham-saham komoditas masih akan terdorong harga komoditas yang tinggi akibat perang dan krisis energi.

Baca Juga: IHSG Naik Tipis, Asing Mengakumulasi Saham BBCA, BBRI, dan BMRI Pada Selasa (6/9)

"Kemudian, pulihnya mobilitas bisa berdampak positif bagi saham retail dan media. Naiknya pertumbuhan kredit juga mengindikasikan kinerja sektor perbankan masih positif," tutur Azis.

Menurut Azis, harga normal saham ADRO berada di Rp 4.300 per saham. Sedangkan harga saham HRUM Rp 3.200.

Lalu harga saham INDY Rp 3.600. Sedangkan harga saham ERAA Rp 670, dan MNCN Rp 1.200 per saham. "Saham-saham komoditas bisa diinvestasikan untuk jangka menengah dan melihat bagaimana perkembangan dari harga komoditas tersebut," kata Azis.

Per perdagangan Selasa (6/9), harga ADRO berada di level Rp 4.040, HRUM Rp 1.855 per saham, INDY Rp 3.190 per saham, ERAA Rp 466 per saham, dan MNCN Rp 905 per saham.

Azis rekomendasi hold untuk INDY dan ADRO, serta buy HRUM, ERAA, dan MNCN. Azis juga merekomendasikan buy BBNI dan BBTN dengan potensi kenaikan harga 15%-20%.

Itulah rekomendasi saham blue chip yang masih undervalued. Ingat disclaimer on, segala risiko investasi atas rekomendasi saham blue chip di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×