Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sejumlah saham emiten Grup Bakrie berguguran pada perdagangan Selasa (21/2). Lima saham Grup Bakrie, yakni Bumi Resources Minerals (BRMS), Bakrieland Development (ELTY), Darma Henwa (DEWA), Graha Andrasentra Propertindo (JGLE) dan Bumi Resources (BUMI) menjadi top losers terbesar pada perdagangan kemarin.
Saham BRMS yang sempat melambung kini turun hingga 34,65% ke level Rp 66 per saham. Hal serupa dialami ELTY yang kembali ke level gocap alias turun 31,51% dari perdagangan sehari sebelumnya. Sementara saham BUMI kembali ke Rp 380 atau turun 22,63%, menjadi penurunan terdalamnya sepanjang tahun ini.
Saham Grup Bakrie ini ditransaksikan dengan volume dan nilai cukup besar. BUMI bahkan menjadi penggerus Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin yang turun 0,34% ke 5.340,99. Dengan kapitalisasi pasar Rp 11 triliun, BUMI berkontribusi 2,9 poin terhadap penurunan IHSG.
Setelah anak usaha Grup Bakrie lainnya, Bakrie Sumatera Plantation (UNSP) mendapat restu untuk menggabung nilai nominal saham alias reverse stcok, saham UNSP direspons negatif. Apalagi, rencana ini juga diikuti Energi Mega Persada (ENRG) yang akan reverse stock dengan rasio 8:1. Saham ENRG dan UNSP lebih dulu kembali ke level terendahnya, Rp 50 per saham.
Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada menilai, pasar memang menunggu langkah selanjutnya dari Grup Bakrie, terutama BUMI dengan rencana rights issue di harga tinggi.
"Di sisi lain, rights issue ini berdekatan dengan rencana reverse stock UNSP. Jadi pasar belum melihat hasil dari BUMI, tetapi sudah ada aksi korporasi lainnya. Sehingga pasar khawatir grup ini kembali melakukan akrobat yang membuat saham kembali turun," ujar Reza.
Analis NH Korindo Securities Bima Setiaji berpendapat, rencana reverse stock UNSP dan ENRG membuat pasar mengira aksi ini juga akan dilakukan emiten Bakrie lainnya. Aksi reverse stock memang membuat jumlah saham beredar menjadi lebih sedikit, sehingga mempengaruhi likuiditas saham. Belum lagi, jika fundamental saham kurang baik, maka saham yang nilainya sudah digabung itu berpotensi turun lebih dalam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News