CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.477.000   -5.000   -0,34%
  • USD/IDR 15.784   16,00   0,10%
  • IDX 7.333   11,41   0,16%
  • KOMPAS100 1.124   3,28   0,29%
  • LQ45 890   5,61   0,63%
  • ISSI 222   0,08   0,03%
  • IDX30 456   3,21   0,71%
  • IDXHIDIV20 548   2,19   0,40%
  • IDX80 129   0,44   0,34%
  • IDXV30 138   0,26   0,19%
  • IDXQ30 152   0,56   0,37%

Inilah penampung bisnis anak usaha


Senin, 16 April 2012 / 08:18 WIB
Inilah penampung bisnis anak usaha
ILUSTRASI. Pekerja melihat telepon pintarnya dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj.


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Memiliki anak usaha dengan kinerja cemerlang membawa keuntungan induk usaha grup konglomerasyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Maklum, perusahaan induk umumnya hanya menjadi pengatur dan pengendali sejumlah anak usaha.

Tentu saja, para induk usaha itu punya karakteristik dan prospek saham yang berbeda Namun, tak semua induk usaha, begitu pula anak usaha grup konglomerasi ini yang mencatatkan saham di BEI.

Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, mengatakan, saham induk usaha biasanya tidak terlalu menarik minat investor.

"Perusahaan induk sebagian besar hanya jadi penampung kontribusi anak-anak usaha," ujarnya. Ambil contoh induk usaha keluarga Bakrie yaitu, PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR). Perusahaan ini hanya menjadi holding dari beberapa anak usaha, yaitu PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bakrieland Development Tbk (ELTY), PT Bakrie

Sumatra Plantation Tbk (UNSP), PT Bakrie Telcom Tbk (BTEL) dan Energi Mega Persada Tbk (ENRG).
Aksi korporasi BNBR yang tak jarang mengundang kontroversi juga membuat saham induk usaha grup Bakrie ini tak menarik di mata investor.

Kondisi yang sama terjadi pada Grup Bhakti. Reza Priyambada, Managing Research Indosurya Asset Management, mengatakan, investor lebih memilih mengoleksi saham anak usaha yang lebih lukuid, yakni PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), ketimbang saham induk usaha PT Bhakti Investama Tbk (BHIT). Grup Bhakti memiliki anak usaha lainnya, yakni PT Global Mediacom Tbk (BMTR).

Bisnis sendiri

Grup Astra diwakili oleh induk usaha PT Astra International Tbk (ASII). Perusahaan berkapitalisasi pasar Rp 300,79 triliun ini juga tidak memiliki bisnis sendiri.

ASII identik dengan bisnis penjualan otomotif karena memiliki anak usaha yang menjalani bisnis, yaitu PT Astra Daihatsu Motor (ADM) dan PT Astra Honda Motor (AHM). Keduanya bukan perusahaan terbuka.

Sedangkan, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang bergerak di bisnis makanan dan minuman menjadi salah satu anak usaha yang cukup populer dari jajaran grup konglomerasi Salim.

Tapi Satrio menilai, keputusan INDF mencatatkan anak usaha di lini usaha yang sama, PT Indofood CBP Tbk (ICBP) membuat pesona INDF sedikit meredup di mata investor.

Berikut ringkasan rekomendasi para analis terhadap saham pilihan dari tiap grup konglomerasi yang bisa masuk keranjang investasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×