Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT XL Axiata Tbk (EXCL) akan fokus memaksimalkan spektrum yang dimilikinya. Upaya tersebut dilakukan dengan memfokuskan belanja modal atawa capital expenditure (capex) tahun ini untuk pengembangan jaringan.
Direktur EXCL, Budi Pranantika menjelaskan anggaran capex tahun ini serupa dengan tahun sebelumnya sebesar Rp 7 triliun. Adapun anggaran capex mayoritas akan berasal dari kas internal dan sisanya akan dicari dari pendanaan eksternal. "Untuk capex tahun ini mayoritas tentunya untuk jaringan, terkait keinginan kami untuk terus memberikan yang terbaik kepada pelanggan," ujar Budi dalam paparan publik virtual, Jumat (23/4).
Selain itu, EXCL juga akan terus mengembangkan program fiberisasi. Budi menjelaskan, program fiberisasi membantu untuk cost saving lantaran dapat mengalirkan data lebih baik dibandingkan menggunakan microwave.
"Di sisi lain, microwave ada umurnya sehingga harus diganti, lalu ada biaya perawatan yang cukup besar, dan juga memiliki pajak. Sehingga program fiberisasi membantu cost saving perusahaan," kata dia.
Baca Juga: XL Axiata (EXCL) akan bagikan dividen Rp 339,4 miliar, setara Rp 31,7 per saham
Direktur EXCL I Gede Darmayusa menambahkan, untuk penggunaan capex tahun ini mayoritas akan digunakan untuk pengembangan di luar Pulau Jawa. Adapun komposisinya meningkat menjadi 60% berbanding 40% dari tahun lalu yang seimbang 50%:50%.
"Pengembangan kami di luar Pulau Jawa tidak sebatas membangun coverage saja, tetapi juga menambah fiber karena tanpa itu kapasitas di luar Pulau Jawa yang terus meningkat tidak bisa kami cover," tambah Gede.
Dengan begitu, diharapkan kontribusi pendapatan dari luar Pulau Jawa bisa terus berkembang. Adapun, tahun lalu kontribusi pendapatan dari luar Pulau Jawa mencapai 25% dari total pendapatan EXCL.
Baca Juga: PT XL Axiata Tbk (EXCL) Siapkan Refinancing Utang Untuk Mendukung Kebutuhan Capex
Pengembangan jaringan perusahaan ini juga selaras usai tidak dapat melanjutkan proses tender frekuensi 2,3 GHz. Untuk itu, Gede bilang secara perlahan dengan mempertimbangkan bisnis yang ada, pihaknya juga melakukan refarming untuk memaksimalkan spektrum yang dimiliki.
Oleh sebab itu, perusahaan optimis degan memaksimalkan spektrum yang dimiliki cukup untuk melayani pertumbuhan trafik untuk 1-2 tahun mendatang.
Budi kembali menjelaskan bahwa selain untuk pengembangan jaringan perusahaan, capex tahun ini juga akan digunakan untuk melakukan refinancing. "Ada beberapa fasilitas pinjaman yang akan jatuh tempo tahun ini sekitar Rp 1,5 triliun, tapi kami berencana melakukan refinancing. Makanya, capex sebagian akan dikombinasikan dengan funding dari eksternal," tuturnya. Tapi, ia enggan merinci terkait rencana pendanaan eksternal tersebut.
Hingga tutup tahun, EXCL menargetkan pertumbuhan pendapatan setara dengan pertumbuhan rata-rata industri. Kemudian, perusahaan halo-halo ini juga menargetkan margin EBITDA sebesar sekitar 50%.
Baca Juga: Perluas infrastruktur ke wilayah terpencil, XL Axiata operasikan BTS USO di Sumsel
Berdasarkan laporan keuangan, EXCL membukukan kenaikan pendapatan 3% sepanjang 2020 menjadi sebesar Rp 26,02 triliun. XL Axiata juga membukukan peningkatan EBITDA sebesar 31% yoy menjadi Rp 13,06 triliun.
Sementara itu, laba tahun berjalan merosot 47,9% yoy, dari Rp 712,58 miliar pada 2019 menjadi Rp 371,6 miliar pada 2020. Akan tetapi, XL Axiata dapat mencetak laba bersih dinormalisasi sebesar Rp 679 miliar.
Baca Juga: Lelang harga frekuensi 2,3 Ghz, begini penjelasan Xl Axiata (EXCL)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News