Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa waktu lalu, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) meluncurkan susunan anggota indeks PEFINDO25 untuk periode 1 Agustus 2018 hingga 31 Januari 2019. Dalam daftar, ada 10 nama anggota baru untuk enam bulan ke depan.
Dari kesepuluh nama anggota baru, belum semuanya dapat dilirik oleh investor. Mengingat, tidak semua emiten tersebut memiliki fundamental dan prospek positif.
Kesepuluh saham ini adalah PT Armidian Karyatama Tbk (ARMY), PT Bank Ganesha Tbk (BGTG), PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL), PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) dan PT Hexindo Adiperkasa (HEXA). Ada juga saham PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB), PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK), PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) dan PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD).
Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki mengungkapkan, dari kesepuluh anggota indeks tersebut, emiten saham WOOD, MCAS dan MAPB memiliki prospek paling positif. Ini karena, saham-saham tersebut masih memiliki fundamental yang bagus. "Khususnya untuk WOOD dan MCAS kinerjanya masih ok dibandingkan tahun lalu, prospeknya pun bagus ke depan. Jadi masih bisa untuk trading," kata Yaki kepada Kontan.co.id, Rabu (1/8).
Begitu juga dengan saham MAPB, meskipun restoran asing mendapat larangan dari pemerintah untuk membuka gerai di rest area, hal tersebut dinilai Yaki tidak akan berdampak signifikan terhadap kinerja MAPB. Mengingat, sasaran terbesar lebih banyak di pusat perbelanjaan atau mall.
Untuk HEXA, prospek jangka pendek masih menarik untuk trading. Apalagi data penjualan alat beratnya masih cukup bagus dan bertumbuh. Hanya saja volume tradingnya masih cukup kecil, sehingga tidak cocok bagi investor besar.
Di sisi lain, saham BULL juga masih menarik untuk dilirik, terlebiih jika emiten berhasil mendapatkan kontrak dari Pertamina, prospeknya akan semakin baik. "Emiten sudah bisa masuk ke saham-saham ini, terutama di WOOD dan MAPB," jelasnya.
Sedangkan saham emiten yang masih perlu wait and see adalah ARMY, HRTA dan MARK. Untuk ARMY meskipun kinerja dan penjualan lahan bagus, Yaki menilai sahamnya belum bergerak kemana-mana. "Volumenya pun, meski tinggi belum cukup kuat untuk pick up harganya," ujarnya.
Sedangkan untuk saham HRTA, Yaki menilai agak repot karena kinerja perusahaan murni berasal dari pengolahan emas. Apalagi, tambang emas milik emiten tersebut tidak cukup besar.
Sedangkan MARK meskipun RoA dan RoE emiten itu cukup besar, namun dari sisi volume masih kecil. Sehingga, agak sulit untuk eksis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News