Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang tutup tahun 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melaju kencang dengan kembali menembus level psikologis 7.000. Hingga akhir pekan lalu, IHSG bertengger di posisi 7.009,63 usai naik tipis 0,08% pada Jumat (24/11).
Sepanjang pekan lalu, IHSG melaju 0,46%. Penguatan IHSG turut terdongkrak oleh indeks saham bluechip LQ45 yang menanjak sebanyak 0,81%. Dorongan juga datang dari arus capital inflow investor asing yang mencatatkan net buy senilai Rp 1,24 triliun.
Head of Research Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu) Cheril Tanuwijaya mengamati faktor eksternal masih dominan mendorong IHSG. Sumbernya masih datang dari Amerika Serikat (AS), terutama sinyal dovish The Fed yang berpotensi tidak lagi mengerek suku bunga acuan di tahun ini.
"Didukung oleh data-data inflasi yang turun lebih besar dari perkiraan pada periode Oktober. Harga minyak yang sebelumnya dikhawatirkan mendorong kenaikan inflasi bahkan terkoreksi," kata Cheril kepada Kontan.co.id, Minggu (26/11).
Baca Juga: Pembangunan IKN Berlanjut, Ini Deretan Emiten yang Bakal Diuntungkan
Menimbang sentimen yang mengiringi serta performa pasar pekan lalu, Cheril memandang kondisi itu menandakan window dressing sudah datang. Menjadi modal penting untuk menjaga momentum penguatan IHSG di bulan Desember sampai tutup tahun 2023.
Apalagi secara historis, performa IHSG cenderung apik pada periode akhir tahun. "Sudah mulai window dressing-nya. Terlihat dari LQ45 yang rebound, IHSG berhasil ditutup di atas level 7.000, dan aliran dana investor asing kembali masuk," ungkap Cheril.
Head of Retail Marketing & Product Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi mengamini sinyal window dressing sudah terkonfirmasi. Termasuk adanya kenaikan kinerja dari sektor yang berhubungan dengan konsumsi.
Hal itu diperkuat dengan peningkatan volume dan frekuensi transaksi saham-saham unggulan di pasar. "Meningkatnya kinerja saham-saham yang masuk dalam indeks LQ45, yang merupakan acuan bagi banyak manajer investasi," imbuh Fahmi.
Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto menilai indikasi window dressing dari arus net buy asing yang cukup konsisten. Sedangkan dalam penguatan IHSG, ada kontribusi dari lonjakan sektor teknologi yang kini berbalik rebound dari yang sebelumnya tertinggal.
Baca Juga: IHSG Tembus Level 7.000, Peluang Window Dressing Terbuka Lebar
Kampanye Pemilu & Pilpres
Sementara itu, Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo mengingatkan untuk berhati-hati terhadap potensi profit taking dalam jangka pendek. Meski, peluang bagi IHSG untuk lanjut menguat masih terbuka, terutama mendekati akhir Desember.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus sepakat agar pelaku pasar tidak terlena atau terbawa euforia berlebihan. Sebab, potensi IHSG untuk kembali terpeleset ke bawah level 7.000 masih ada.
Hanya saja, sejauh ini sentimen positif tampak lebih dominan dan diharapkan bisa bertahan sampai akhir tahun. "Tapi mesti cermati perkembangan data ekonomi di awal Desember nanti. Termasuk data ketenagakerjaan dan inflasi di AS, serta hasil pertemuan The Fed yang jadi kunci penting," kata Nico.
Dari dalam negeri, ada katalis dari masa kampenye Pemilu & Pilpres yang akan dimulai pekan ini, yakni 28 November 2023. Situasi ini berpotensi mendongkrak konsumsi dan makin menggerakkan ekonomi, termasuk menambah gairah pasar.
Baca Juga: Saham Pilihan Analis Pasca IHSG Tembus 7.000, Ada Sinyal Window Dressing
Cheril turut melihat efek dari masa kampanye sebagai katalis penting penambah gairah pasar. Apalagi di tengah aksi intial public offering (IPO) yang sudah sepi, dengan bobot calon emiten yang terbilang mini di penghujung tahun ini.
Cheril melihat IHSG berpotensi melanjutkan penguatan ke level 7.100, dengan 6.880 sebagai area support-nya. Tak jauh beda, Wisnu menaksir gerak IHSG di periode akhir tahun ini akan berada pada rentang support 6.900 dan resistance di 7.100.
Sedangkan William menerka support IHSG ada di level 6.886 dan area resistance paling dekat ada di 7.025. Dalam skenario optimistis, Nico menghitung IHSG bisa bertengger di posisi 7.120 - 7.180 untuk menutup tahun 2023.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham XL Axiata (EXCL) yang Cetak Kinerja Solid
Sebagai pertimbangan investasi, Nico menyarankan pelaku pasar mencermati saham emiten consumer goods dan ritel, perbankan, transportasi dan logistik, serta infrastruktur dan telekomunikasi. Sementara itu, William menjagokan saham big caps di sektor keuangan, properti dan teknologi.
William melirik PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Kemudian, saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) juga layak koleksi.
Wisnu menyodorkan saham perbankan dan infrastruktur telekomunikasi yakni BBRI, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dan TLKM. Sementara Reza merekomendasikan saham dari lima kategori emiten.
Baca Juga: Dipilih-Dipilih! Sejumlah Emiten Ini Akan Menebar Dividen Interim, Ada BBCA & UNVR
Rekomendasi Reza dari saham bank ada BBCA, BBRI, BMRI dan PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS). Saham telekomunikasi: TLKM, PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN). Saham infrastruktur: PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) dan PT PP (Persero) Tbk (PTPP).
Selanjutnya, ada saham ritel PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF). Rekomendasi berikutnya adalah saham consumer goods: PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
Cheril memilih sektor keuangan, konsumen non-primer dan infrastruktur. Rekomendasi sahamnya adalah BBCA dengan target harga Rp 9.400 dan stop loss pada Rp 8.800, lalu ACES untuk target harga Rp 900 dan stop loss di Rp 780, serta PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dengan target harga Rp 6.900 dan stop loss di Rp 5.800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News