kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   0,00   0,00%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ini tantangan pasar modal pasca transisi OJK


Rabu, 28 November 2012 / 14:08 WIB
Ini tantangan pasar modal pasca transisi OJK
ILUSTRASI. Promo Kombo Duo dari KFC bisa pilih Paket A, B atau C serba dobel makanan & minuman hanya Rp 45.455, harga sebelum pajak, berlaku setiap hari. (Dok/Instagram @KFCIndonesia)


Reporter: Anna Suci Perwitasari |

JAKARTA. Tahun depan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah mulai membawahi pasar modal Indonesia. Walaupun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki tren yang cenderung naik bahkan mencapai 14,5% di dari awal tahun hingga November lalu, namun Anggota Dewan Komisioner (DK) OJK Nurhaida menilai paling tidak ada lima tantangan tahun depan.

Berikut ini lima tantangan yang harus dihadapi pasar modal di bawah OJK:

1. Masih minimnya investor domestik.
Saat ini jumlah investor dalam negeri sudah mencapai 363.000 orang, namun rasionya dibandingkan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta orang masih sangat kecil.

"Jumlah investor kami masih minim. Kalau dibandingkan negara lain, posisi Indonesia kecil. Seperti Hongkong dan Malaysia saja yang tetangga masih jauh lebih tinggi," katanya dalam Investor Summit 2012 di Jakarta, Rabu (28/11).

Lebih lanjut Nurhaida menyebut sebenarnya investor domestik dapat mencegah anjloknya pasar modal saat adanya penarikan modal secara besar-besaran (capital reversals) dari investor asing.

2. Jumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki kinerja bagus masih relatif sedikit. Saat ini, jumlah emiten yang terdaftar di pasar modal Indonesia sudah mencapai 462 perusahaan. Angka ini memang besar tapi tidak setara dengan instrumen investasi yang ada. Untuk itu pasar modal Indonesia masih memerlukan lebih banyak emiten berkualitas. Tidak hanya sekadar menjadi perusahaan Tbk dan mendapatkan modal dari publik. "Kalau dibandingkan dengan Malaysia, jumlah kita jauh lebih sedikit," tambahnya.

3. Produk investasi pasar modal masih terbatas. Tantangan yang ada salah satunya diversifikasi produk investasi. Nurhaida menyebut, investasi saham dan SBN kini masih mendominasi, meski terdapat pula obligasi korporasi.

"Alternatif investasi juga masih terbatas. Derivatif belum berkembang, kami harap transaksi ini di tahun 2013 bisa lebih digenjot," paparnya.

4. Sistem aturan yang belum sinkron. Keberadaan pasar modal tidak lepas dari industri jasa keuangan. Ke depan dengan hadirnya OJK BEI memerlukan sinkronisasi aturan, karena industri pasar modal akan bersinggungan dengan industri perbankan dan jasa keuangan non baik lainnya.

"Aturan yang ada disinkronkan. Sekarang masih terpisah-pisah hingga sulit koordinasi. Nanti (sinkronisasi) akan dilakukan pada OJK," tegasnya.

5. Masih banyak jebakan emiten gorengan. Adanya kenaikan saham pun menjadi pendorong naiknya IHSG. Tapi yang patut diperhatikan adalah masih ditemui banyak saham berstatus 'gorengan'. OJK pun berniat memerangi hal ini karena saham gorengan merupakan investasi yang tidak sehat mengingat pergerakannya bersifat semu. Saham naik dan turun didorong oleh pihak-pihak yang saling terkait atau sama.  "Ini harus dihindari. Untuk itu kita memiliki Single Investor ID dan diharapkan bisa mencegah," pungkasnya.

Pengawasan pasar modal akan berpindah tangan dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga keuangan (Bapepam-LK) ke OJK pada Januari 2013.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×