kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.205   64,44   0,90%
  • KOMPAS100 1.107   12,16   1,11%
  • LQ45 879   12,29   1,42%
  • ISSI 221   1,13   0,52%
  • IDX30 449   6,77   1,53%
  • IDXHIDIV20 541   6,33   1,18%
  • IDX80 127   1,54   1,22%
  • IDXV30 135   0,55   0,41%
  • IDXQ30 149   1,80   1,22%

Ini Tantangan Bagi Reksadana ESG di Tahun 2023


Kamis, 02 Maret 2023 / 20:19 WIB
Ini Tantangan Bagi Reksadana ESG di Tahun 2023
ILUSTRASI. Penerapan ESG dalam aset investasi akan menjadi salah satu daya tarik masuknya investasi asing ke Indonesia.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana berbasis environmental, social and governance (ESG) diprediksi akan positif di tahun 2023. Namun, kinerja reksadana ESG diproyeksikan masih menemui tantangan.

Direktur BNP Paribas AM Maya Kamdani mengatakan, sudah seharusnya penilaian ESG menjadi komitmen untuk diterapkan dalam aset investasi. Menurut Maya, konsep ESG masih diterapkan secara bertahap di Indonesia. Namun, Maya meyakini, ekosistem di Indonesia sudah disiapkan dengan baik untuk penerapan ESG pada aset investasi.

“Kami juga sudah mulai menerapkannya sejak tahun lalu, tetapi tahun ini kami akan lebih intens. Saat ini pun sudah disiapkan perangkat dan peraturannya, selain itu market juga sudah lebih siap,” ujar Maya kepada Kontan.co.id, Kamis (2/3).

BNP Paribas memiliki tiga produk reksadana ESG, yaitu Reksa Dana Indeks BNP Paribas SRI-KEHATI, Reksa Dana Syariah BNP Paribas Cakra Syariah USD, dan Reksa Dana Syariah BNP Paribas Greater China Equity Syariah USD.

“Reksa Dana Syariah BNP Paribas Cakra Syariah USD mencatatkan pendapatan AUM tertinggi, yaitu US$ 125 jt sepanjang tahun 2022,” kata Maya.

Baca Juga: Menilik Prospek Reksadana ESG di Tahun 2023

Menurut Maya, penerapan ESG dalam aset investasi akan menjadi salah satu daya tarik masuknya investasi asing ke Indonesia. Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang lebih baik dari negara lain. Jadi, saat ini tinggal berproses dengan lebih intens saja. Terkait tantangan, Maya mengatakan, para investor di Indonesia masih kurang kesadaran terhadap aset ESG.

“Investor perlu disosialisasikan mengenai apa itu ESG. Kita harus mau sama-sama belajar, sehingga bisa paham bersama perihal perkembangan dan dampak ESG ke depannya seperti apa,” ujar dia.

Menurut Maya, ESG juga masih dianggap sebagai barang baru di pasar, sehingga perkembangannya masih akan berjalan dinamis. Oleh karena itu, Maya menuturkan, return reksadana ESG di tahun 2023 belum dapat dipastikan.

“Meskipun begitu, kami optimistis ekosistem yang ada di Indonesia saat ini akan menumbuhkan potensi aset ESG, termasuk reksadana,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×