kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini strategi Garuda atas beban utang dan dibalik keputusan tawaran pensiun dini


Sabtu, 29 Mei 2021 / 00:05 WIB
Ini strategi Garuda atas beban utang dan dibalik keputusan tawaran pensiun dini
ILUSTRASI. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra blak blakan ungkapkan strategi atasi lilitan utang serta dibalik keputusan tawaran pensiun dini. TRIBUNNEWS/DANY PERMANA


Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mengusung tiga strategi dalam menyelesaikan utang perusahaan.

Mengutip keterbukaan informasi, manajemen kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (28/5), opsi pertama  adalah melakukan negosiasi dengan lessor pesawat. Kedua, melakukan restrukturisasi utang usaha, termasuk utang kepada perusahaan milik negara (BUMN) serta mitra usaha lainnya.

Ketiga adalah restrukturisasi pinjaman perbankan dan lembaga keuangan lainnya.

"Seluruh upaya dilakukan oleh perusahaan pada prinsipnya dilakukan dengan tetap mempertimbangkan kondisi kinerja dan likuiditas perusahaan yang terdampak signifikan imbas situasi pandemi covid-19," ujar manajemen GIAA dalam keterbukaan informasi.

Baca Juga: Garuda Indonesia (GIAA) tawarkan pensiun dini ke karyawan, ini beban berat GIAA

Garuda juga terus melakukan optimalisasi pengelolaan sejumlah lini bisnis untuk menaikkan pendapatan perusahaan. Jangka pendek, ada enam upaya untuk mendongkrak kinerja perusahaan.

Pertama, memaksimalkan kerja sama dengan mitra usaha guna mendorong pendapatan. Kedua, meluncurkan program promosi.

Ketiga, pembukaan penerbangan langsung khusus kargo untuk mendukung daya saing komoditas ekspor nasional dan pengembangan UMKM. Keempat, pengoperasian pesawat passenger freighter.

Kelima, optimalisasi layanan charter cargo. Keenam, pengembangan layanan pengiriman barang berbasis aplikasi digital.

"Perusahaan akan memperbesar porsi pendapatan usaha dari lini bisnis kargo hingga 40% dari sebelumnya 10% hingga 15%," kata manajemen.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam acara Business Talk hasil kerjasama KompasTV dan KONTAN (25/5) mengungkapkan, salah satu langkah untuk mengurangi biaya adalah dengan menawarkan pensiun dini.

Baca Juga: Sedang terpuruk, pemerintah akan bantu Garuda Indonesia (GIAA) restrukturisasi utang

Bisnis Garuda tertekan dengan pandemi covid-19. Program pensiun dini bisa diikuti oleh semua karyawan. Semua kewajiban perusahaan seperti dalam aturan perusahaan akan dibayarkan ke karyawan yang mengambil pensiun dini.

Dalam rekaman internal Garuda, perusahaan juga akan mengurangi armada pesawat dari 140-an pesawat menjadi hanya 70 pesawat. Kondisi perusahaan tertekan dengan beban utang jangka pendek Rp 70 triliun.

“Utang bertambah Rp1 triliun setiap bulannya. Kenaikan utang ini karena pendapatan perusahaan tidak bisa menutup pengeluaran. Pendapatan Mei 2021 saja hanya sekitar US$ 56 juta, ujar Irfan dalam diskusi dengan karyawan yang rekamannya tersebar.

Sementara, pengeluaran sewa pesawat mencapai US$56 juta, maintenance US$20 juta, avtur US$20 juta, serta pegawai US$20 juta.

Baca Juga: Ditawari pensiun dini, begini respons serikat karyawan Garuda Indonesia (GIAA)

Tak menampik adanya rekaman itu, Irfan dalam acara Business Talk menyesalkan beredarnya rekaman itu. Kata Irfan, Garuda sejatinya sudah mengatur secara tegas mengenai larangan penyebarluasan informasi internal mengacu kepada aturan yang berlaku.

“Pertanyaan saya, sebelum melakukan penyebaran, apakah Anda diuntungkan dari informasi tersebut, selain itu pikirkan juga kerugiannya apa,” ujar Irfan.  Garuda terus mencoba melakukan transparansi ke publik serta karyawan atas kondisinya. “Ini sejatinya adalah bentuk transparansi,” ujarnya.

Kata Irfan, program pensiun dini sejatinya sudah dilakukan Garuda. Total karyawan Garuda semula mencapai 7.890 orang. “Tahun 2019 kami menawarkan  pensiun dini, dan percepatan kontrak atas  2.000 karyawan,” ujar Irfan. Alhasil, tahun 2021, jumlah karyawan mencapai 5.946 orang.

Baca Juga: Asosiasi Pilot Garuda minta pemerintah turun tangan atasi persoalan Garuda (GIAA)

Bisnis Garuda, sejatinya mulai membaik di kuartal IV 2020. Ini pula yang menerbitkan optimisme manajemen bisa recovery di 2021. “Namun, optimisme tak nampak di kuartal I 2021, karena Covid1-19 dengan prioritas kesehatan lebih utama. Kami mendukung target pemerintah dengan menjadikan satu-satunya maskapai dengan distancing karena aman itu penting,” ujarnya.

Larangan mudik tambah memukul Garuda. Apalagi jika kasus Covid-19 masih terus bertambah. “Dengan  kondisi yang ada seperti itu, kami masih harus bersabar dan recovery bisa masih akan lama,” ujarnya.

Oleh karena itu, kata Irfan, Garuda harus realistis dan pensiun dini adalah pilihan terbaik dari opsi yang ada, seperti merumahkan karyawan. Menurut Irfan, penawaran pensiun dini dilakukan pasca manajemen selama berbulan-bulan memikirkan opsi terbaik. “Ini pilihan terbaik, pensiun dipercepat kepada mereka yang mau ambil. Jangan-jangan, mereka sudah punya planning, sudah mapan,sehingga bisa merencanakan yang lain,” ujarnya.

.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×