Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melemahnya harga batubara tidak menyurutkan langkah bisnis PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Emiten penghuni Indeks Kompas100 ini telah menyiapkan strategi guna menghadapi harga si emas hitam yang terus merosot.
Head of Corporate Communication Division Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan, ADRO akan terus berfokus pada keunggulan operasional dan efisiensi. ADRO juga akan menjaga tingkat produksi batubara guna menjaga cadangan batubara jangka panjang untuk pengembangan bisnis pembangkit listrik ke depan.
Tahun ini, ADRO menargetkan produksi batubara mencapai 54 juta ton-58 juta ton dengan rasio nisbah kupas sebesar 4,30 kali. Jumlah ini tidak jauh berbeda dengan realisasi produksi tahun lalu yang mencapai 58,03 juta ton atau 7% lebih tinggi daripada realisasi produksi tahun 2018.
Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) alokasikan capex hingga US$ 400 juta, untuk apa saja?
Selain itu, guna mengurangi ketergantungan terhadap harga batubara termal, Adaro Energy telah mendiversifikasi bisnis melalui delapan pilar bisnisnya, yakni Adaro Mining, Adaro Services, Adaro Logistics, Adaro Power, Adaro Land, Adaro Water, Adaro Capital dan Adaro Foundation. “Hingga kuartal III- 2019, kontribusi dari pilar-pilar non pertambangan Adaro terhadap EBITDA mencapai 45%,” ujar Febriati kepada Kontan.co.id, Selasa (18/2).
Asal tahu, tahun ini ADRO menargetkan earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization (EBITDA) sebesar US$ 900 juta s.d US$ 1,2 miliar.
ADRO juga mengembangkan bisnis non-coal power dan sedang mengkaji berbagai model bisnis energi alternatif yang mungkin akan berkembang di masa depan. Febriati mengatakan, ADRO telah membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Kelanis yang menjadi wilayah operasional ADRO dengan kapasitas 100 kilowatt peak (kWp) yang digunakan untuk kebutuhan internal.
Baca Juga: Kestrel berpotensi menopang kinerja Adaro Energy (ADRO) tahun ini
Tahun ini ADRO juga tengah mempelajari pengembangan PLTS Terapung untuk meningkatkan kapasitas pembangkit tersebut hingga mencapai 0,5 megawatt peak (MWp). Lebih lanjut, Febriati bilang Adaro Energy sedang memasuki tahap studi kelayakan (feasibility study) untuk pembangkit listrik mini-hydro di Kalimantan Tengah dengan kapasitas antara 2 megawatt (MW) hingga 4 MW untuk kebutuhan internal.
Saat ini ADRO juga memasuki tahap finalisasi feasibility study untuk pembangkit hybrid/micro-grid di Sulawesi Tengah dengan kapasitas antara 4 MW-6 MW. “Adaro juga tengah melakukan eksplorasi pengembangan proyek proyek PLTS di beberapa desa terpencil dan tidak terjangkau oleh Perusahaan Listik Negara (PLN) di Papua dengan kapasitas kurang dari 100 kWp,” tutup Febriati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News