kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kestrel berpotensi menopang kinerja Adaro Energy (ADRO) tahun ini


Selasa, 18 Februari 2020 / 19:11 WIB
Kestrel berpotensi menopang kinerja Adaro Energy (ADRO) tahun ini
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat batubara di area pertambangan PT Adaro Indonesia di Tabalong, Kalimantan Selatan, Selasa (17/10). Kestrel Coal Mine dalam jangka panjang diekspektasikan dapat mendorong laba bersih Adaro Energy (ADRO).


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi harga batubara yang melemah tidak menyurutkan langkah PT Adaro Energy Tbk (ADRO) untuk menggenjot produksi batubara. Emiten konstituen Indeks Kompas100 ini menargetkan produksi batubara mencapai 54 juta ton-58 juta ton.

Jumlah ini tidak jauh berbeda dengan realisasi produksi 2019. Tahun lalu, produksi batubara ADRO mencapai 58,03 juta ton atau 7% lebih tinggi daripada realisasi produksi tahun 2018.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu menilai, target produksi Adaro Energy tahun ini sudah cukup moderat dengan pertimbangan tren harga batubara global yang sedang melemah.

Dessy menilai, upaya diversifikasi usaha ADRO yang salah satunya membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) oleh entitas usaha PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) dan PT Tanjung Power Indonesia (TPI) belum mampu menopang kinerja ADRO.

Baca Juga: Ini realisasi kinerja operasional Adaro Energy (ADRO) sepanjang 2019

“Kami menilai (diversifikasi tersebut) belum akan mendorong performa Adaro Energy secara signifikan karena total penyerapan kedua PLTU tersebut juga hanya sebesar 8 juta ton per tahun atau hanya 14% dari total produksi ADRO secara tahunan,” ujar Dessy kepada Kontan.co.id, Selasa (18/2).

Dessy melihat, justru salah satu entitas usaha ADRO, yakni Kestrel Coal Mine dalam jangka panjang diekspektasikan dapat mendorong laba bersih Adaro Energy. Sebab, Kestrel berfokus pada produksi coking coal dengan menyasar klien perusahaan baja.

Melansir laporan kinerja ADRO per 2019, Kestrel mencatat produksi batubara yang dapat dijual sebesar 6,76 juta ton tumbuh 42% secara year-on-year (yoy).

Baca Juga: Produksi batubara Adaro Energy (ADRO) mencapai 58,03 juta ton sepanjang 2019

Di sisi lain, total penjualan batubara Kestrel sepanjang 2019 mencapai 6,55 juta ton. Penjualan ditujukan ke negara-negara produsen baja di Benua Asia utamanya ke India. Tahun ini, ADRO menargetkan volume produksi yang dapat dijual Kestrel diperkirakan akan mencapai 7,2 juta ton.

Namun, Dessy menilai dengan pelemahan ekonomi yang terjadi di China serta posisi China sebagai salah satu produsen baja terbesar dunia, maka kemungkinan permintaan coking coal juga dapat melemah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×