kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini sentimen yang mendorong penguatan rupiah ke Rp 16.310 per dolar AS hari ini


Selasa, 31 Maret 2020 / 18:43 WIB
Ini sentimen yang mendorong penguatan rupiah ke Rp 16.310 per dolar AS hari ini
ILUSTRASI. Ilustrasi rupiah menguat


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cenderung bergerak melemah sepanjang hari, rupiah berhasil ditutup menguat. Selasa (31/3), rupiah di pasar spot tercatat menguat tipis ke level Rp 16.310 per dolar Amerika Serikat (AS).

Artinya mata uang Garuda berhasil naik 0,17% dibanding penutupan hari sebelumnya yang berada di level Rp 16.338 per dolar AS.

Namun pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah masih melemah.. Di kurs JISDOR, mata uang Garuda harus turun 0,12% ke level Rp 16.367 per dolar AS.

Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan, keberhasilan rupiah menguat bersamaan dengan permintaan aset berisiko yang kembali menajak. Dia bilang, hal tersebut tercermin dari bursa saham AS, Wall Street yang menguat dan akhirnya menyokong permintaan terhadap aset berisiko.

Baca Juga: Setelah ditutup menguat, rupiah diprediksi lanjutkan tren positif pada Rabu (1/4)

“Semalam Presiden AS Donald Trump memutuskan mencabut kebijakan lockdown. Pasar menyambut baik karena dinilai tidak akan mengganggu ekonomi AS dan membuat Wall Street menguat dan pada akhirnya sedikit mengangkat permintaan terhadap aset berisiko,” ujar Faisyal kepada Kontan.co.id, Selasa (31/3).

Sementara itu Ekonom Bank Permata Josua Pardede bilang, penguatan rupiah didorong juga oleh faktor rilis data indikator (PMI) manufaktur China. Asal tahu saja, indeks manufaktur China di bulan Maret lonjat ke level 52. Posisi ini jauh lebih baik ketimbang PMI Manufaktur Negeri Tirai Bambu di bulan Februari yang hanya ada di level 35,7. 

“Kenaikan ini kemudian memberikan optimisme bagi para investor akan mulai pulihnya sektor manufaktur di China. Pada akhirnya optimisme tersebut mendorong investor mulai kembali masuk ke pasar-pasar negara berkembang,” terang Josua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×