kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini sentimen yang mempengaruhi pelemahan rupiah pada hari ini (4/11)


Kamis, 04 November 2021 / 17:45 WIB
Ini sentimen yang mempengaruhi pelemahan rupiah pada hari ini (4/11)
ILUSTRASI. Rupiah ditutup melemah ke Rp 14.366 per dolar AS karena terseret sentimen eksternal


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah terus melemah usai Federal Reserve (The Fed) mengumumkan akan melakukan tapering off di akhir bulan ini. Analis menilai, pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini masih wajar.

Mengutip Bloomberg, Kamis (4/11), rupiah ditutup melemah 0,37% ke Rp 14.366 per dolar Amerika Serikat (AS). Kompak, kurs Jisdor di kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga melemah 0,18% ke Rp 14.327 per dolar AS.

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan, pengumuman The Fed mengenai tapering off yang akan dilakukan di akhir bulan ini mempengaruhi pergerakan rupiah.

Mengingat, tapering off berpotensi membuat imbal hasil obligasi AS naik dan membawa arus dana kembali masuk ke pasar AS. Dengan capital outflow terjadi di pasar Surat Berharga Negara (SBN), berpengaruh pada pelemahan rupiah.

Alwi juga melihat, pelemahan rupiah dipengaruhi oleh masih banyaknya ketidakpastian pasar. Salah satunya, beberapa bank sentral negara maju mulai melakukan normalisasi kebijakan.

Baca Juga: Loyo, rupiah spot ditutup melemah ke Rp 14.366 per dolar AS pada hari ini (4/11)

Contohnya Kanada dan European Central Bank yang memiliki potensi kuat untuk mengerek suku bunga dalam waktu dekat.

"Respon pelaku pasar terhadap normalisasi kebijakan negara maju adalah jadi tekanan di emerging market yang masih melakukan pengetatan moneter, begitu pun Indonesia yang masih melakukan kebijakan moneter akomodatif," lanjut Alwi, Kamis (4/11).

Walau begitu, dia menilai, pelemahan rupiah bukan menjadi sinyal bearish bagi rupiah. Alwi bilang, pengumuman tapering off AS cenderung dovish karena masih fleksibel dalam penentuan porsi pengurangan pembelian obligasi.

The Fed juga masih tetap menilai kenaikan inflasi hanya sementara. Alwi juga menangkap The Fed masih bersikap mengambang dan meski tapering off selesai dilakukan di 2022, The Fed tidak akan langsung menaikkan suku bunga acuannya.

"Di satu sisi pelaku pasar saat ini lega tidak terjadi taper tantrum atau kepanikan yang berlebihan karena imbal hasil US Treasury tidak langsung melonjak naik signifikan," kata Alwi.

Baca Juga: Rupiah Jisdor kembali melemah ke Rp 14.327 per dolar AS pada Kamis (4/11)

Kondisi ekonomi dalam negeri juga Alwi nilai siap menghadapi tapering off AS. Sehingga pelemahan rupiah saat ini dinilai wajar dan bukan memberi sinyal pergerakan bearsih.

Alwi memproyeksikan pergerakan rupiah di Jumat (5/11), akan dipengaruhi oleh data pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jika data ekonomi Indonesia dirilis lebih tinggi dari ekspektasi maka rupiah berpotensi menguat. Hal ini didukung oleh pelonggaran PPKM.

Penentu pergerakan rupiah juga datang dari hasil rapat Bank of England (BoE) nanti malam. Alwi menyebut, jika sikap BoE tidak se-hawkish seperti yang pelaku pasar proyeksikan, maka arus dana asing berpotensi masuk ke rupiah.

Alwi pun memproyeksikan rupiah besok (5/11) berada di Rp 14.285 per dollar AS-Rp 14.360 per dolar AS.

Selanjutnya: IMA: Kebutuhan batubara di dalam negeri diyakini masih akan tinggi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×