Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri reksadana di sepanjang kuartal I-2021 kurang menggembirakan. Para manajer investasi memproyeksikan, kinerja reksadana baru mulai bangkit pada semester II-2021 atawa setelah data inflasi Amerika Serikat (AS) keluar.
Berdasarkan data Infovesta Utama, mayoritas kinerja reksadana turun, kecuali reksadana pasar uang. Tercatat, hingga akhir Maret, rata-rata kinerja reksadana saham yang tercermin dalam Infovesta 90 Equity Fund Index turun 5,11% secara year to date (ytd). Ini juga menjadikan reksadana saham sebagai reksadana dengan kinerja terburuk di kuartal pertama.
Sementara itu, kinerja reksadana campuran yang tercermin dari Infovesta 90 Balanced Fund Index juga terlihat berada di zona negatif setelah turun 2,41% ytd.
Tidak jauh berbeda, kinerja reksadana pendapatan tetap yang tercermin dalam Infovesta 90 Fixed Income Fund Index pun turun sebesar 1,70% ytd. Sementara itu, hanya kinerja reksadana pasar uang berhasil tumbuh 0,91% ytd.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, kinerja industri reksadana di kuartal II-2021 masih tertekan dan minim sentimen positif. Sementara, kinerja pasar saham dan obligasi di kuartal kedua pun masih bergantung pada data inflasi AS yang keluar sekitar bulan April dan Mei.
"Pelaku pasar memproyeksikan inflasi AS akan naik, tetapi setinggi apa kenaikannya, itu yang saat ini dinanti," kata Rudiyanto, Jumat (2/4).
Baca Juga: Reksadana pasar uang catat kinerja paling apik dalam sepekan terakhir
Selain itu, pelaku pasar juga menanti data laporan kinerja keuangan emiten periode kuartal II-2021 yang keluar di kuartal III-2021.Rudiyanto memproyeksikan, kinerja keuangan emiten periode kuartal II-2021 baru akan terlihat membaik.
Oleh karena itu, Rudiyanto menyebut, kinerja reksadana saham baru akan bangkit mulai kuartal III-2021. Hingga saat ini, dia pun tetap optimistis target IHSG tumbuh ke 6.700 di akhir tahun 2021.
Di sisi lain, Rudiyanto memproyeksikan, kinerja pasar obligasi di semester II-2021 akan lebih stabil. Dia menilai, harga obligasi saat ini sudah murah, sehingga kalaupun inflasi AS melonjak, penurunan di pasar obligasi tidak akan turun secara signifikan. Hanya saja, tetap fluktuasi di pasar obligasi tidak bisa terhindarkan.
Rudiyanto memprediksi yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun kembali turun ke level 6% di akhir tahun, maka pasar obligasi berpotensi memberi imbal hasil sekitar 5%-6%. Jika yield SUN berhasil menurun lebih dalam, maka pasar obligasi berpotensi memberi imbal hasil hingga 8% di akhir tahun.
Namun, dari semua skenario terburuk mengenai inflasi AS tersebut, Rudiyanto mengatakan jika inflasi AS dirilis di bawah ekspektasi pasar di 2% atau 1,9% maka pasar saham dan obligasi berpotensi reli.
Selanjutnya: Tahun ini, aset investasi valas, emas, dan bitcoin masih fluktuatif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News