kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini sederet penopang penguatan rupiah sepekan terakhir


Jumat, 11 Juni 2021 / 18:25 WIB
Ini sederet penopang penguatan rupiah sepekan terakhir
ILUSTRASI. Rupiah terhadap dolar AS selama pekan ini menguat, baik di pasar spot maupun Jisdor.


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah terhadap dolar AS selama pekan ini menguat, baik di pasar spot maupun Jisdor. Kurs rupiah Jisdor menguat 0,24% ke Rp 14.206 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (11/6). Dalam sepekan, kurs rupiah Jisdor menguat 0,77% ke Rp 14.316 per dolar AS.

Penguatan Jisdor ini sejalan dengan rupiah di pasar spot. Kurs rupiah spot menguat 0,41% ke Rp 14.189 per dolar AS hari ini. Dalam sepekan, kurs rupiah menguat 0,74%.

Menurut Head of Economics and Research Pefindo Fikri C. Permana, pergerakan global mendukung rupiah menguat di minggu ini. Misalnya dari klaim tunjangan pengangguran di AS yang masih jauh berada di level pra Covid-19, walaupun angkanya sesuai perkiraan. “Hal ini mengurangi kekhawatiran kepada para pelaku pasar mengenai taper tantrum dalam waktu dekat, atau kenaikan suku bunga The Fed dalam waktu dekat,” kata Fikri kepada Kontan.co.id, Jumat (11/6).

Fikri menambahkan bahwa hal ini membuat yield US Treasury yang turun di minggu ini, dan dibarengi dengan indeks dolar yang ikut menurun. Data dari AS tersebut menurutnya membuat rupiah terapresiasi dengan baik.

Baca Juga: Rupiah menguat ke Rp 14.189 hari ini, bagaimana nasib pekan depan?

Senada, Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menilai data klaim pengangguran juga turut mempengaruhi rupiah. Selain itu, ia melihat bahwa harga konsumen (CPI) AS naik sebanyak 5% secara year on year (yoy), yang menandakan kenaikan tahunan terbesar sejak Agustus 2008.

“Meski CPI AS naik melebihi perkiraan, namun melihat bahwa data tersebut cukup untuk meyakinkan the Fed, yang tetap berpandangan bahwa inflasi hanya bersifat sementara,” ujar Alwi.

Sebaliknya, dia melihat bahwa data tersebut membuktikan bahwa ekonomi AS berada dalam pemulihan yang cepat, yang kemudian mengangkat sentimen risk-on, dan mengangkat aset-aset berisiko termasuk rupiah terdorong di tengah optimisme pertumbuhan ekonomi global.

Baca Juga: IHSG turun 0,20% ke 6.095 pada Jumat (11/6), masih menguat 0,50% sepekan

Selain itu, untuk dari dalam negeri Alwi melihat bahwa data-data ekonomi yang dirilis cukup optimis, misalnya saja dari indeks keyakinan konsumen (IKK) yang naik ke level 104,4 dari bulan sebelumnya di angka 101,5.

“Kemudian retail sales tumbuh untuk pertama kalinya setelah mengalami kontraksi dalam 16 bulan. Retail sales di April tumbuh 15,6%, setelah bulan sebelumnya terkontraksi 14,6%,” pungkas Alwi.

Baca Juga: Rupiah Jisdor menguat ke Rp 14.189 per dolar AS pada Jumat (11/6)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×