Reporter: Avanty Nurdiana, Surtan PH Siahaan, Yuwono Triatmodjo | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menembus rekor tertinggi baru. Kemarin, IHSG naik 0,27% ke posisi 4.503,25. Menurut para analis, harga saham masih berpeluang mencetak rekor baru lagi.
Kepala Riset Mandiri Sekuritas, John Rachmat memprediksi, dalam jangka menengah, indeks akan menembus level 4.545. Kondisi bullish jangka menengah akan terjadi hingga Maret 2013.
Peluang bagi investor untuk mencetak untung pun masih terbuka kendati indeks mulai menapak tinggi. Tentu saja, selalu cermat memilah dan memilih saham idaman.
Secara year to date, saham pencetak return tertinggi tahun ini adalah saham emiten properti. Ambil contoh ASRI yang memberikan return 36,67% atau BKSL dengan return 29,63%.
Laporan keuangan emiten properti tahun lalu, menurut Krishna D Setiawan, analis Lautandhana Securindo, mendorong kenaikan harga saham properti di awal tahun itu. "Tahun lalu, kinerja emiten properti memang sedang hebat," ujar Krishna.
Tapi tahun ini kinerja emiten properti sulit meroket lagi. Potensi kenaikan inflasi akibat kenaikan tarif dasar listrik dan kenaikan upah, berpotensi mengerem laju harga saham properti.
Dalam situasi seperti ini, Krishna menyarankan investor agar memilih emiten properti berfundamental bagus. Di sektor ini, Krishna menjagokan saham BSDE.
Tapi, Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, melihat saham emiten properti sudah memenuhi valuasi wajar. Bahkan menurutnya, harga saham LPKR dan SSIA sudah mahal. "Potensi return pun semakin kecil ke depannya," imbuh dia.
Selain properti, saham emiten perbankan juga masih layak diamati, kendati beberapa di antaranya sudah mencatat rekor harga tertinggi. Untuk jangka panjang, saham perbankan masih potensial. Sebab, seiring tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi, kinerja perbankan akan mengikuti.
Sejumlah analis masih merekomendasikan beli saham perbankan dengan return year to date tertinggi, seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Teguh Hartanto, analis Bahana Securities dalam risetnya masih merekomendasikan beli saham BBCA dengan target harga Rp 11.200 per saham. Adapun, Ishfan Helmy, analis Sucorinvest Central Gani merekomendasikan beli saham BBRI dengan target harga Rp 9.500 per saham.
Saham emiten konsumer, seperti KLBF, juga layak masuk keranjang investasi karena valuasi harganya yang masih murah. Menurut Krishna, kinerja KLBF masih potensial. Dia menargetkan harga KLBF di Rp 1.400 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News