Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. PT Sawit Sumbermas Sarana merupakan salah satu perusahaan yang akan menjadi penghuni papan pencatatan Bursa Efek Indonesia (BEI) di pengujung tahun.
Perusahaan ini terbilang cukup berani tampil di pasar modal. Sebab, industri kelapa sawit saat ini bisa dibilang sedang anjlok. Harga sawit yang terbilang lemah tentu saja menjadi pemicunya.
Lantas, apa sebenarnya modal perusahaan ini maju dan jualan ke investor pasar modal? Mengacu pada laporan keuangan perseroan yang tertera dalam prospektus IPO, dalam lima tahun terakhir, margin laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan apresiasi nilai tukar (EBITDA) menunjukkan tren kenaikan.
Di tahun 2008 misalnya, margin EBITDA perseroan hanya 9,7%. Kemudian, di tahun 2009-2012 naik masing-masing menjadi 29,7%, 48,2%, dan 54,1%. Ketika harga minyak sawit mentah (CPO) mulai longsor tahun lalu, perseroan masih bisa mempertahankan margin EBITDA di level 54,3%.
Pada enam bulan pertama 2013, margin EBITDA Sawit Sumbermas sedikit merosot, yakni 48,8%. Namun, jika dibandingkan secara year-on-year (yoy) masih ada kenaikan walau naik, yakni 47,6%.
Kenaikan dipicu peningkatan EBITDA yang lebih tinggi ketimbang kenaikan penjualan. EBITDA Sawit Sumbermas per Juni 2013 tercatat Rp 435,44 miliar, sedangkan Juni 2012 sebesar Rp 418,08 miliar.
Adapun, angka penjualan perusahaan yang berbasis di Kalimantan ini di semester I-2013 mencapai senilai Rp 891,66 miliar. Sebagai perbandingan, di periode yang sama tahun lalu, penjualan perseroan di kisaran Rp 878,71 miliar.
Manajemen Sawit Sumbermas optimistis, tahun ini penjualan dan laba, terutama laba bersih bisa mengalami kenaikan. "Kami optimistis pendapatan dan laba bersih sampai akhir tahun bisa naik 10%-15%," ujar Harry M Nadir, Direktur Keuangan Sawit Sumbermas Sarana.
Akhir tahun lalu, perseroan membukukan penjualan Rp1,88 triliun dan laba bersih Rp 473,98 miliar. Jika target tercapai, maka tahun ini, penjualan ada di kisaran Rp 2,06 triliun sampai Rp 2,16 triliun. Sedangkan laba bersih akan berkisar Rp 521,37 miliar hingga Rp 545,07 miliar.
Ramzi Sastra, Direktur Operasional Sawit Sumbermas Sarana mengklaim, kendati harga CPO menunjukkan penurunan, namun, hingga akhir tahun, pihaknya optimistis bisa menjual di kisaran harga US$ 730-US$ 750 per ton.
"Produksi sawit kami kelas premium, sehingga harga jualnya pun premium, di atas harga rata-rata industri," kata dia. Sementara itu, perseroan juga memiliki sejumlah kewajiban yang pada akhir Juni 2013, jumlahnya mencapai Rp 1,41 triliun.
Sebesar Rp 423,9 miliar merupakan liabilitas jangka pendek, dan jangka panjang senilai Rp 988,52 miliar. Adapun, total utang bank jangka pendek nilainya sebesar Rp 66 miliar dan utang bank jatuh tempo dalam setahun sekitar Rp 178,3 miliar.
Sedangkan, utang bank jangka panjang perseroan setelah dikurangi bagian jatuh tempo dalam satu tahun tercatat sebesar Rp 947,3 miliar. Total aset perseroan tercatat sebesar Rp 2,35 triliun. Dengan demikian, total utang berbasis bunga perseroan terhadap EBITDA mencapai 2,73 kali.
Iman Rahman, Direktur Investment Banking Mandiri Sekuritas mengungkapkan, harga saham IPO di kisaran Rp 670-Rp 970 per saham mencerminkan price to earning (PE) ratio di level 9 kali hingga 13 kali untuk tahun 2014.
Sementara itu, rata-rata (PE) ratio industri perkebunan ada di kisaran 13 kali. "Jadi ini menarik untuk investor," kata dia. Saat ini, pemegang Sawit Sumbermas Sarana adalah PT Citra Borneo Indah (CBI) sebesar 31,4%, PT Prima Sawit Borneo (PBS), PT Putra Borneo Agro Lestari (PBAL), dan PT Mandiri Indah Lestari (MIL) masing-masing memegang 16,2% saham Sawit Sumbermas.
Kemudian, ada Jemmy Adriyanor dan Jery Borneo Putra masing-masing mengempit 10% sahamnya. Setelah IPO terlaksana, maka terjadi perubahan kepemilikan, saham CBI menjadi 26%, PBS, PBAL, dan MIL masing-masing menjadi 13,4%. Selanjutnya, Jemmy dan Jery menjadi 8,3%. Sedangkan masyarakat 14%.
Perusahaan mengadakan program alokasi saham karyawan alias employee stock allocation atau ESA sebesar 10% dari jumlah saham yang ditawarkan dalam penawaran umum. Selain itu, perusahaan juga menerbitkan opsi saham program pemberian kepemilikan saham kepada manajemen dan karyawan (management and employee stock option program/MESOP).
Jumlah saham yang diterbitkan sebesar 1,5% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perusahaan setelah penawaran umum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News