Sumber: Bloomberg | Editor: Sanny Cicilia
NEW YORK. Rencana Federal Reserve menjaga bunga acuan AS tetap rendah, menjadi bahan bakar laju indeks pasar saham di beberapa kawasan. Bursa saham (AS) yang tersengat kabar ini juga menutup perdagangan pekan lalu dengan rekor baru.
Standard & Poor's 500 Index menutup perdagangan pekan lalu naik 1,3% ke rekor 2.010,4. Dow Jones Industrial Average menambah 292,23 poin atau 1,7% ke 17.279, menutup pekan lalu di level all-time high.
Perdagangan hari pertama saham Alibaba menjadi salah satu pendorong pergerakan bursa AS kemarin. Perusahaan e-commerce milik taipan China, Jack Ma, melesat 38% menjadi US$ 93,89 di hari pertama perdagangannya.
Kevin Caron, analis di Stifel Nicolaus & Co, New Jersey mengatakan, penguatan bursa AS merupakan persiapan awal pasar dengan rencana The Fed mengakhiri quantitative easing dan menaikkan bunga acuan. "Ini menyebabkan dollar AS dicari dan mendorong aset berdenominasi dollar, dan inilah yang kita lihat di pasar saham," kata dia.
The Fed pekan lalu menegaskan, akan menjaga bunga rendah untuk beberapa waktu setelah stimulus pembelian aset atau quantitative easing berakhir. Namun, bank sentral AS menaikkan proyeksi bunga menjadi 1,375% di akhir 2015, dan kemungkinan menjadi 3,75% pada tahun 2017.
Akhir pekan bursa AS juga ditenagai data klaim pengangguran AS yang turun 36.000 menjadi 280.000 di akhir 13 September.
Sentimen positif dari Paman Sam juga tertular ke Eropa. Stoxx Europe 600 Index menguat 1,2% sepanjang pekan lalu, dan menjadi penguatan kelima dari enam pekan. Index DAX di Jerman menguat 1,5% dan CAC di Prancis naik 0,4%. Bursa Eropa juga bergerak positif setelah hasil referendum Skotlandia mempertahankan posisinya bersama dengan Inggris.
Di sisi lain, bursa Asia melemah 0,9%. Salah satu kabar yang mempengaruhi bursa Asia antara lain rencana bank sentral China menyuntik likuiditas CNY 500 miliar atau sekitar US$ 81,4 miliar pada perbankan besarnya untuk mendorong kredit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News