Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) melihat bahwa industri minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) di tahun 2024 masih dipenuhi ketidakpastian.
Presiden Direktur AALI, Santosa mengatakan, produksi di kuartal I 2024 masih low season.
“Hal ini masih dievaluasi apakah masih terkait dampak El Nino di tahun 2023 atau murni karena efek musiman di awal tahun,” ujarnya dalam public expose AALI, Selasa (23/4).
Pada tahun 2023, AALI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,05 triliun. Angka ini turun 38,85% dari laba bersih di tahun 2022 yang sebesar Rp 1,72 triliun.
AALI juga membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 20,74 triliun sepanjang tahun lalu, turun 4,96% secara tahunan dari Rp 21,82 triliun di tahun 2022.
Baca Juga: Astra Agro Lestari (AALI) Anggarkan Capex Rp 1,4 Triliun di 2024, Ini Penggunaannya
Jika dirinci, segmen minyak sawit mentah dan turunannya menyumbang sebesar Rp 19,22 triliun ke pendapatan AALI di tahun 2023. Lalu, pendapatan inti sawit dan turunannya sebesar Rp 1,5 triliun, dan pendapatan lainnya sebesar Rp 21,72 miliar.
Meskipun begitu, AALI mencatatkan kenaikan produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebesar 4,8% di tahun 2023. Secara total, produksi TBS dari kebun inti korporasi pada tahun 2023 mencapai 3,31 juta ton atau naik 4,8%, dari produksi TBS pada 2022 yang hanya sebesar 3,15 juta ton.
Kenaikan itu disebabkan adanya produksi TBS pada tahun 2023 kembali normal karena didukung oleh peningkatan yield dari 16 ton per hektare menjadi sekitar 17 ton per hektare.
AALI pun memproyeksikan produksi TBS AALI pada tahun 2024 akan mengalami peningkatan di level yang sama dengan tahun 2023, yaitu sekitar 4,5%-5%.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai, penurunan laba dan pendapatan AALI di tahun 2023 disebabkan oleh penurunan harga CPO di sepanjang tahun lalu. Melansir Trading Economics, Selasa (23/4), harga CPO sudah terkoreksi 9,19% secara tahunan.
“Penurunan harga CPO di tahun lalu terkait faktor perlambatan ekonomi global. Akibatnya, permintaan terhadap CPO menurun,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (23/4).
Di tahun ini, harga CPO masih cenderung lemah, mengingat perlambatan ekonomi global masih terjadi. Namun, kondisinya akan sedikit membaik, sehingga kemungkinan ada sedikit peningkatan harga CPO. Meskipun begitu, saat ini harga CPO masih di level MYR 3.975 per ton, turun 7,86% secara bulanan.
“Kondisi ini bisa dimanfaatkan oleh emiten CPO di Tanah Air untuk memperbaiki kinerjanya di tahun ini,” tuturnya.
Nafan pun merekomendasikan hold untuk AALI dengan target harga di level Rp 6.800 - Rp 7.075 per saham.
Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada melihat, tensi geopolitik di Timur Tengah bisa membuat harga minyak mentah naik. Kenaikan harga minyak dunia secara tidak langsung akan juga meningkatkan harga CPO. Namun, sentimen ini relatif singkat.
“Kinerja emiten CPO di tahun 2024 bergantung pada strategi emiten dalam menetapkan harga kontrak penjualan dengan pelanggan mereka,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (23/4).
Reza pun merekomendasikan beli untuk AALI dengan target harga Rp 6.950 per saham.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo melihat, pergerakan harga saham AALI berada di level support Rp 6.000 per saham dan resistance Rp 6.800 per saham. William pun merekomendasikan wait and see untuk saham AALI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News