Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berkinerja di atas benchmark, Reksadana Ardhani Pendapatan Tetap Syariah keluaran BNI Asset Management fokus tempatkan aset pada Surat Berharga Negara Syariah (SBSN) dengan likuiditas tinggi.
Putut Endro Andanawarih, Direktur Investasi dan Teknologi BNI Asset Management mengatakan komposisi terbaru dari Reksadana Ardhani Pendapatan Tetap Syariah terdiri atas PBS 006, PBS 011 dan PBS 012. "Bobot tertinggi ada di PBS 011," kata Putut, Kamis (2/11).
Dalam reksadana ini, Portofolio Manager BNI Asset Management Andre Varian mengatakan, hanya menempatkan aset pada obligasi pemerintah. "Saat ini kami belum menambahkan obligasi korporasi dalam portofolio," kata Andre.
Lebih dipilihnya obligasi pemerintah dan surat utang syariah karena credit risk rendah dan yield relatif menarik dengan potensi capital gain. Mayoritas obligasi syariah negara yang dipilih dalam reksadana ini dipilih dengan durasi 4,5 tahun hingga 5,5 tahun.
Dalam memilih bank untuk mengalokasikan aset pada deposito, BNI Asset Management memilih deposito di bank syariah yang termasuk dalam investment universe. "Kami secara quarterly melakukan review scoring terhadap bank syariah tersebut dengan metode scoring bernama CAMELS rating secara bulanan," kata Andre.
Kinerja reksadana ini cukup baik dan kedepannya Andre optimis bisa mengalahkan kinerja benchmark, mengingat yield Surat Utang Negara (SUN) masih atraktif dibandingkan emerging market lainnya.
Secara year to date per 3 November 2017, Edbert Suryajaya, Head of Research & Consulting Services Infovesta Utama mengatakan kinerja reksadana ini sebesar 12,32%. Kinerja tersebut diatas indeks obligasi pemerintah sebesar 9,4% dan rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap sebesar 8,67%.
"Kinerja yang optimal tersebut, secara tidak langsung mengindikasikan pilihan instrumen pada reksadana ini sudah tepat karena berhasil mencatatkan kinerja lebih baik dari benchmark," kata Edbert, Senin (6/11).
Edbert merkomendasikan reksadana ini cocok bagi investor yang memiliki tujuan investasi jangka panjang. Sementara reksadana ini kurang cocok bagi investor dengan tujuan investasi jangka pendek karena diproyeksikan pertumbuhan kinerja reksadana pendapatan tetap mulai terbatas hingga akhir tahun.
"Potensi kenaikan sudah relatif terbatas, karena dalam tahun ini surat utang sudah naik sangat tinggi," kata Edbert.
Sementara untuk 2018, investor baiknya tetap waspada pada perubahan dan gejolak yang mungkin terjadi. "Tahun depan kita harus liat lagi bagaimana pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada suku bunga, banyak faktor yang harus diperhatikan untuk tahun depan, jadi jangan hanya beli lalu ditinggal," kata Edbert.
Per akhir Oktober 2017 dana kelolaan reksadana ini mencapai Rp 25 miliar. Mengenai target dana kelolaan reksadana ini di 2018 Andre belum bisa menyampaikan.
Bagi Anda, yang tertarik reksadana ini ditujukan bagi investor institusi yang memiliki minat pada surat utang negara syariah sebagai pemenuhan kewajiban akan peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 1 mengenai Institusi Keuangan Syariah.
Reksadana yang ditawarkan sejak 11 Juli 2016 ini menentukan minimum investasi awal sebesar Rp 1 miliar. Reksadana ini tidak menetapkan untuk biaya pembelian dan pengalihan, tapi biaya penjualan kembali ditetapkan sebesar maksimum 2%.
Sementara untuk biaya manajer investasi dikenakan maksimum 1,5% per tahun dan biaya bank kustodian maksimum 0,15% per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News