Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Commowealth Bank melihat bahwa instrumen berbasis saham akan jadi investasi yang menarik tahun 2021. Bank ini melihat banyak sentimen positif yang akan semakin menggerakkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun depan setelah tahun ini masih terkoreksi.
Berita mengenai distribusi vaksin Covid-19 di akhir tahun memunculkan optimisme dan secercah harapan. Oleh karena itu, “Di tahun depan, kami masih overweight di reksadana saham dan obligasi, atau reksadana pendapatan tetap untuk investor yang memang fokusnya untuk mendapatkan fixed return," kata Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya dalam siaran pers, Minggu (27/12).
Ivan menjelaskan, kelas aset saham yang dapat diwakilkan oleh reksadana saham merupakan pilihan investasi yang masih menarik. Menurut dia, reksadana saham lebih menarik dibandingkan saham karena ada manajer investasi yang akan melakukan pemilihan portofolio dan pendekatan portofolio memberikan keuntungan diversifikasi dibandingkan membeli saham langsung.
Selain distribusi vaksin Covid-19, lanjut Ivan, katalis positif lain yang akan mendorong pasar saham adalah Omnibus Law Cipta Kerja yang disetujui Oktober 2020 diperkirakan dapat mendorong foreign direct investment (FDI) masuk ke Indonesia. Kemudian, sovereign wealth fund (SWF) yang akan berfokus pada pengembangan infrastruktur di Indonesia dan diperkirakan akan memiliki efek multiplier ke perkembangan ekonomi secara keseluruhan, serta aliran dana asing yang akan masuk kembali ke developing market termasuk Indonesia.
Baca Juga: IHSG sudah naik signifikan, bagaimana peluang January effect?
Kondisi suku bunga yang rendah di pasar akan mendorong investor untuk mencari aset yang memberikan yield lebih tinggi. “Dengan adanya katalis positif tersebut, kami berharap ekonomi akan turn around di 2021. Dan dalam story recovery, kelas aset saham biasanya akan berlari lebih cepat,” jelas Ivan.
Instrumen obligasi pemerintah juga menurut dia masih menarik untuk dikoleksi agar investasi tetap terdiversifikasi dengan baik dan mengurangi risiko. Namun, potensi kenaikan yield-nya akan terbatas karena pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) sudah banyak dilakukan tahun ini.
Banyak analis memperkirakan di tahun 2021 Bank Indonesia (BI) hanya akan menurunkan suku bunga satu sampai dua kali. Sedangkan, kinerja obligasi di tahun 2020 ditopang oleh pemotongan suku bunga acuan BI sepanjang tahun ini sebanyak 1,25%.
Baca Juga: Apa saja yang perlu diperhatikan investor di tahun depan?
Selain itu, Ivan menyarankan bahwa investor juga dapat berinvestasi melalui reksadana pendapatan tetap untuk paparan ke obligasi pemerintah. Berinvestasi melalui reksadana memberikan keuntungan terutama fitur switching/pengalihan ke kelas aset saham atau pasar uang yang dapat dilakukan di hari yang sama atau T+0.
Akan tetapi tidak semua reksadana pendapatan tetap membagikan dividen rutin, berbeda dengan pembelian langsung obligasi pemerintah yang memberikan kupon secara berkala.
Baca Juga: Mengkaji ulang rencana keuangan usai lewati pandemi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News