kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini penyebab penjualan London Sumatra Indonesia (LSIP) tertekan di 2019


Rabu, 13 Mei 2020 / 18:08 WIB
Ini penyebab penjualan London Sumatra Indonesia (LSIP) tertekan di 2019


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) di sepanjang tahun lalu lebih rendah dibanding rencana awal. Hingg akhir Desember 2019, LSIP mencatatkan penjualan sebesar Rp 3,70 triliun atau turun 8,0% dibandingkan tahun sebelumnya. 

Sementara itu laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga turun hingga 23,4% menjadi Rp 253,9 miliar. Presiden Direktur LSPP, Benny Tjoeng menjelaskan volume penjualan CPO yang lebih rendah seiring penurunan produksi serta harga jual rata-rata yang lebih rendah untuk produk sawit (CPO, PK dan produk PK) berdampak pada total penjualan dan profitabilitas di sepanjang tahun lalu. 

Baca Juga: Kinerja emiten CPO milik grup besar lesu di 2019, analis: Sahamnya masih menarik

Rincian penurunannya, harga jual rata-rata CPO dan PK turun masing-masing 2,2% dan 42,6%. Volume penjualan CPO turun 4,2% menjadi 417.533 ton sementara itu volume penjualan PK dan produk turunan PK naik 10,6% menjadi 124.908 ton. 

"Adanya hal tersebut, Lonsum melaporkan kinerja keuangan yang rendah dari rencana awal," kata Benny dalam laporan tahunan 2019 yang dirilis pada Rabu (13/5) di Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Di sepanjang tahun lalu, produksi Tandan Buah Segar (TBS) inti Lonsum turun 3,2% menjadi 1.466.288 ton terutama seiring dengan kegiatan penanaman kembali tanaman tua yang kurang produktif.  "Diiringi juga dengan produksi TBS plasma yang jauh lebih rendah terutama disebabkan oleh penurunan hasil panen yang berasal dari pohon-pohon berusia tua, total produksi CPO turun 12,1% menjadi 398.188 ton," jelasnya 

Baca Juga: Saham emiten CPO berpeluang naik, saham apa saja yang layak koleksi?

Di sisi lain, total aset mereka di sepanjang tahun lalu sebesar Rp10,23 triliun termasuk kas dan setara kas tercatat sebesar Rp 1,13 triliun dengan tidak adanya pendanaan melalui hutang.

Asal tahu saja, pada posisi akhir tahun 2019, total lahan perkebunan inti mencapai 115.665 hektar, di mana tanaman kelapa sawit sekitar 82,7% dari total lahan perkebunan inti, diikuti oleh tanaman karet sekitar 13,8% dari total lahan perkebunan, sedangkan sisanya sekitar 3,5% terutama kakao dan teh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×