Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Harum Energy Tbk (HRUM) mencatatkan kinerja apik sepanjang tiga bulan pertama 2022. Emiten tambang batubara ini berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih dan pendapatan.
Kenaikan kinerja keuangan HRUM tidak terlepas dari kenaikan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP). Dalam laporan kinerja kuartalan, Selasa (10/5), HRUM mencatatkan ASP sebesar US$ 168,4 per ton atau 31,6% lebih tinggi dari ASP yang dicapai pada kuartal keempat 2021 sebesar US$ 128,0 per ton.
Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, ASP Harum Energy mengalami lonjakan hingga 158,8%, dimana ASP yang dicapai pada kuartal pertama 2021 hanya sebesar US$ 65,1 per ton.
Akibatnya, pendapatan HRUM turut terdongkrak. HRUM mencatatkan pendapatan sebesar US$ 152,2 juta pada kuartal pertama 2022. Angka ini 16,5% lebih tinggi dari pendapatan yang tercatat pada kuartal keempat 2021, yakni US$ 130,6 juta.
Baca Juga: Tumbuh 8%, XL Axiata (EXCL) Kantongi Pendapatan Rp 6,75 Triliun pada Kuartal I
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, pendapatan HRUM melesat sebesar 166,6%, sebagai hasil dari ASP yang lebih tinggi dan dibarengi dengan volume penjualan yang lebih tinggi.
Meskipun curah hujan tinggi terjadi di area pertambangan, HRUM berhasil memproduksi 1,0 juta ton batubara dalam tiga bulan pertama tahun 2022. Angka ini 28,3% lebih tinggi dari volume batubara yang diproduksi pada kuartal pertama 2021, sebesar 0,8 juta ton.
Namun, karena kebijakan larangan ekspor batubara sementara yang sempat diberlakukan pada Januari 2022, total volume penjualan batubara HRUM sepanjang kuartal pertama 2022 hanya naik 7,7% secara tahunan, yakni sebesar 0,9 juta ton.
“Penangguhan penjualan pada Januari 2022 memaksa Harum Energy untuk menjadwal ulang pengiriman yang semula dijadwalkan pada bulan tersebut menjadi ke bulan-bulan berikutnya,” tulis manajemen Harum Energy, Selasa (10/5).
Baca Juga: Ekspansi, Malindo Feedmill (MAIN) Rambah Bisnis Restoran Ayam Goreng
Sementara itu, smelter rotary klin electric furnace (RKEF) milik PT Infei Metal Industry (IMI), memulai produksi uji coba lebih cepat dari jadwalnya, yakni pada Desember 2021. Selama tiga bulan pertama 2022, IMI berhasil memproduksi dan menjual 4.065 ton dan 5.046 ton setara logam nikel.
Penjualan perdana menghasilkan pendapatan sebesar US$ 88,3 juta dan laba bersih sebesar US$ 16,2 juta untuk kuartal tersebut. Manajemen berharap, IMI akan terus meningkatkan kapasitas produksinya dalam beberapa bulan mendatang dan berharap dapat mencapai setidaknya 80% dari kapasitas yang dirancang pada kuartal kedua 2022.