Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barito Pacific Tbk (BRPT), baru saja merilis laporan keuangan untuk periode semester I 2019. Hasilnya, kinerja emiten penghuni anggota indeks Kompas100 ini mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu.
Per 30 Juni 2019, BRPT mengantongi pendapatan US$ 1,302 miliar atau turun 16% secara year-on-year (yoy) dari yang sebelumnya mencapai US$ 1,55 miliar.
Baca Juga: Laba bersih Barito Pacific (BRPT) turun 73,8% sepanjang semester I 2019
'Pendapatan ini terdiri atas pendapatan dari Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) sebesar US$ 1,05 miliar (turun 18,1%), pendapatan Star Energy sebesar US$ 245 juta (turun 5,8), dan pendapatan anak usaha lainnya sebesar US$ 4 juta.
Kedua lini bisnis utama BRPT yakni petrokimia dan energi panas bumi ikut mengalami penurunan. Pendapatan bersih dari bisnis energi panas bumi menurun 5,8% akibat adanya pemeliharaan terjadwal .
Akibatnya, produksi dari pembangkit operasi Salak, Darajat, dan Wayang Windu Unit 1 menurun. Di sisi lain, turunnya pendapatan bersih dari bisnis petrokimia disebabkan oleh penjualan rata-rata produk yang masih rendah, terutama untuk produk Ethylene dan Polyethylene.
Hal ini mengakibatkan margin produk petrokimia juga ikut turun. Turunnya harga minyak dunia (yang menjadi bahan baku produk petrokimia) tidak lantas menyebabkan naiknya margin petrokimia.
Baca Juga: Meski Masih Ada Aksi Massa, IHSG Hari Ini Ditutup Menghijau Ke 6.146,40
Selain itu, penurunan pendapatan juga disebabkan oleh Turn Around Maintenance (TAM) yang memakan waktu sekitar 55 hari. “Ini dimulai awal Agustus, sekarang sudah akan selesai,” ujar Allan Alcazar selaku Investor Relations BRPT.
Akan tetapi, penurunan kinerja sepanjang semester pertama 2019 telah diprediksi dan diantisipasi oleh BRPT. Di sisi lain, BRPT berhasil menekan beban pokok pendapatan dan beban langsung sebesar 12% menjadi US$ 973,43 juta.
Baca Juga: Setelah turun empat hari berturut-turut, IHSG akhirnya naik 0,14% ke 6.146
Penurunan beban pokok pendapatan ini diakibatkan oleh turunnya bahan baku bisnis petrokimia, terutama harga Naphtha. Meski demikian, turunnya harga bahan baku tidak lantas menaikkan margin keuntungan produk petrokimia.
Sebaliknya, margin produk petrokimia di pasar global ikut turun. Hal ini tidak lepas dari efek perang dagang antara Amerika dengan China yang berimbas ke produk petrokimia.
Permintaan produk petrokimia tercatat turun, di sisi lain pasokan (supply) produk petrokimia semakin bertambah. Namun, BRPT tetap optimis kinerjanya dapat terpacu di sisa tahun 2019.
Sebab, TPIA yang merupakan anak usaha BRPT akan segera meresmikan dua proyek baru, yakni New Polyethylene (New PE) dan pabrik baru polypropylene. Lebih jauh, BRPT juga berencana untuk menambah produksi panas bumi Star Energy dalam 10 tahun mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News