Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) saham pada perdagangan, Jumat (17/4). Berdasar data RTI Business, net sell yang tercatat hingga Rp 552,37 miliar.
Adapun sejak awal tahun, investor asing sudah mencatatkan net sell mencapai Rp 14,90 triliun.
Pada perdagangan hari Jumat, saham berkapitalisasi besar yang paling banyak dilepas asing adalah PT Astra International Tbk (ASII) hingga Rp 105,2 miliar.
Baca Juga: IHSG berbalik arah dan ditutup menguat ke 5.868,578 pada sesi I perdagangan
Setelahnya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar Rp 82,4 miliar. Disusul PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) sebesar Rp 60,7 miliar, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 35,4 miliar, dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Rp 31,3 miliar.
Adapun selama sepekan terakhir, kelima saham itu juga tergolong sebagai saham yang paling banyak dilepas asing. Asal tahu saja, investor asing juga mencatatkan net sell hingga Rp 2,23 triliun selama seminggu terakhir.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menjelaskan net sell investor asing dipicu oleh pandemi COVID-19 yang menyebabkan penurunan kinerja pada emiten-emiten tahun ini.
"Dilihat dari prospek perusahaannya, tahun ini diprediksi tidak sebaik tahun sebelumnya. Sehingga asing cenderung melepas saham-saham tersebut," kata Chris ketika dihubungi Kontan.co.id, Minggu (19/4).
Baca Juga: Investor membutuhkan kepastian
Akan tetapi menurutnya, hal tersebut tergolong wajar karena faktor pemberatnya dari eksternal bukan internal. Adapun untuk jangka panjang, saham-saham berkapitalisasi besar itu dinilai masih menarik. Apalagi harga-harganya sudah terkoreksi cukup dalam.
Sejak awal tahun, kelima emiten itu sudah mengalami penurunan harga saham. Berdasar penelusuran Kontan.co.id, saham SMGR yang terkoreksi paling dalam hingga 46,04% secara year to date (ytd).
Penurunan terdalam setelahnya ada ASII hingga 45,13% ytd. Disusul dengan koreksi saham BMRI hingga 42,93% ytd. Sementara untuk KLBF dan BBCA mengalami penurunan hingga 26,23% ytd dan 18,85% ytd.
Di antara kelima emiten itu, Chris menilai SMGR akan menjadi emiten yang paling terpengaruh dari pandemi COVID-19. Pengerjaan konstruksi yang tertunda berakibat pada konsumsi semen ikut lesu.
Baca Juga: MNC Sekuritas: IHSG berpeluang rebound pada perdagangan awal pekan ini
Adapun sektor perbankan seperti BMRI dan BBCA dinilai juga akan terpengaruh jika virus ini terjadi dalam janga waktu lama. Sebab, pandemi ini berakibat pada lesunya kondisi ekonomi sehingga berpotensi menimbulkan kredit macet.
Chris menambahkan, kabar penemuan obat Covid-19 di Amerika bisa menjadi sentimen positif bagi pasar pekan depan. Sehingga, ada potensi asing bisa kembali masuk ke bursa.
" Ditambah rupiah yang menguat, kita harapkan asing dapat kembali masuk ke pasar lagi," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News