Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sejumlah instrumen investasi di sepanjang bulan Januari belum menunjukkan taringnya. Bahkan, mayoritas kinerja instrumen investasi menurun. Jika ada yang menguat pun cenderung tipis.
Berdasarkan data yang dihimpun Kontan.co.id, sepanjang Januari, kinerja obligasi korporasi jadi yang paling mumpuni karena berhasil tumbuh 0,69% secara year to date (ytd). Sementara itu, kinerja obligasi pemerintah turun 0,65% ytd.
Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto mengatakan, kinerja obligasi jadi terlihat lebih unggul karena arah pasar keuangan masih belum pasti. Akibatnya, pelaku pasar menghindari aset berisiko seperti pasar saham.
Fluktuasi di pasar saham dan harga emas cenderung tinggi di bulan lalu. Sementara, kinerja obligasi korporasi tetap stabil karena memiliki tingkat kupon yang pasti.
Baca Juga: Prospek jangka panjang menarik, analis rekomendasikan beli saham MAPI
Eko bilang, kepastian pemulihan ekonomi dan keberhasilan efektivitas vaksin Covid-19 masih menimbulkan tanda tanya. "Menjadi wajar pelaku pasar jadi beralih ke aset obligasi yang memberikan imbal hasil pasti," kata dia, Rabu (3/2).
Sementara itu, harga emas cenderung tertekan karena belum banyak beberapa negara yang berhasil kembali bangkit dari tekanan akibat pandemi virus corona. Bahkan, harga emas cenderung menurun sejak Indonesia melakukan vaksinasi.
Saat itu, indeks harga saham gabungan (IHSG) juga bangkit. Namun, kembali terkoreksi karena jumlah kasus positif virus corona di tanah air bertambah tinggi.
Tercatat sepanjang Januari 2021 harga emas spot melemah 2,69% ytd ke US$ 1.847 per ons troi. Harga emas berjangka kontrak pengiriman April 2021 juga menurun 2,58% ytd menjadi ke US$ 1.850 per ons troi di akhir Januari lalu.
Serupa, harga emas logam mulia keluaran PT Aneka Tambang (ANTM) turun 13,37% ytd dengan harga buyback di Rp 836.000 per gram dan harga beli di Rp 965.000 per gram pada 31 Januari lalu.
"Saat ini emas belum menjadi aset investasi yang menarik karena muncul kemungkinan pemulihan ekonomi," kata Eko.
Meski di bulan pertama tahun ini kinerja pasar obligasi korporasi unggul, dalam jangka panjang atau di akhir tahun, Eko optimistis pasar saham berpotensi berbalik menguat. Tercatat di bulan lalu, IHSG terkikis 1,96% ytd
Sedangkan instrumen investasi seperti valuta asing (valas) juga kurang memberikan keuntungan berarti. Bahkan, pasangan mata uang GBP/IDR yang dapat memberikan keunggulan setelah naik 0,02% ytd.
Sementara, pasangan USD/IDR melemah 0,14% ytd mengingat pada akhir bulan Januari, rupiah menguat ke Rp 14.030 per dolar Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) bakal ekspor ke Australia hingga Eropa pada kuartal I-2021
Sementara itu, mata uang SGD/IDR melemah 0,74% ytd. Pelemahan juga terjadi pada pairing EUR/IDR sebesar 1,65% ytd. Kompak, AUD/IDR juga terkikis 0,82% ytd.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, setelah Inggris keluar dari Uni Eropa dengan persyaratan, poundsterling memang cenderung bergerak menguat. "Terpantau fund besar masih memposisikan buy untuk poundsterling dalam jangka waktu panjang," kata dia.
Jika dalam waktu dekat poundsterling melemah, Ibrahim memproyeksikan itu disebabkan karena pelaku pasar sedang menanti keputusan Bank of England terkait kebijakan suku bunganya. Namun, Ibrahim memproyeksikan suku bunga BoE tidak akan diturunkan jadi negatif karena distribusi vaksin di Inggris sangat gencar dari negara lain.
"Pemulihan ekonomi Inggris bisa lebih cepat dan menimbulkan optimisme pada penguatan poundsterling," pungkas dia.
Selanjutnya: Sektor manufaktur punya peluang berkembang, analis jagokan saham-saham ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News