kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini dia 4 kontrak baru BBJ tahun depan


Senin, 15 Desember 2014 / 15:21 WIB
Ini dia 4 kontrak baru BBJ tahun depan
ILUSTRASI. Manfaat Daging Kambing untuk Perempuan dan Ibu Hamil


Reporter: Dina Farisah | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) akan meluncurkan empat kontrak baru pada tahun depan. Kontrak anyar tersebut sudah diinisiasi sejak tahun ini.

Presiden Direktur PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ), Sherman Rana Krishna menjabarkan, keempat kontrak tersebut adalah kontrak berjangka Indonesian Government Bond (IGBF), kontrak fisik teh, kontrak fisik kakao dan kontrak fisik karet bongkar. Menurut Sherman, pihaknya akan membentuk referensi harga dari perdagangan fisik.

“Diharapkan kontrak IGBF akan diluncurkan pada awal tahun. Tinggal tunggu dari otoritas yaitu Bappebti,” ungkap Sherman, Senin (15/12).

Untuk kontrak teh, sambung Sherman, pihaknya akan membagi menjadi dua jenis kontrak. Pertama, teh branded yang berasal dari perkebunan tertentu. Kedua, teh blending yang merupakan campuran dari beberapa jenis teh. Nantinya, aka nada maksimal lima kontrak teh yang akan diperdagangkan di BBJ. Adapun satuan teh terdiri dari satu kontainer dan satu ton per lot.

Adapun kontrak fisik kakao, BBJ akan bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam hal fasilitas penyediaan. Nantinya, BBJ akan memanfaatkan pergudangan milik Bappebti di daerah. Dengan begitu, BBJ juga meningkatkan transaksi resi gudang. Sementara kontrak karet bokar merupakan karet mentah yang diolah rakyat dan dijual oleh gabungan kelompok tani (Gapoktan) atau koperasi. Adanya kontrak karet bokar ini bertujuan supaya harga bisa transparan, sehingga menguntungkan bagi petani.

Tahun depan, BBJ siap menambah modal setor dari Rp 11,6 miliar menjadi Rp 100 miliar. Modal tersebut akan dipergunakan untuk memperkuat likuiditas perusahaan. BBJ juga berencana masuk ke bidang usaha logistik (pergudangan). Dari Rp 100 miliar tersebut, sebesar Rp 40 miliar akna dialokasikan untuk belanja modal. Sementara sisanya digunakan untuk cadangan likuiditas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×