Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rancangan Undang-Undang Energi Baru Terbarukan alias RUU EBT saat ini masih dalam tahap penggodokan di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sejumlah pihak melihat bahwa RUU EBT bisa membantu proses transisi energi di Tanah Air.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengatakan, rancangan beleid tersebut akan mempercepat proses penerapan EBT di Indonesia. RUU EBT juga akan memperjelas posisi dan peran industri terkait yang berkecimpung di sektor tersebut.
“Emiten terkait tentunya akan memposisikan diri mereka dengan optimal dengan adanya UU tersebut, karena sekarang ada jaminan untuk kelangsungan usaha mereka,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (21/6).
Dengan adanya peraturan tersebut, Fajar melihat, masa depan EBT di Indonesia akan cerah. Apalagi, sebelum adanya wacana RUU ini, pemerintah sudah lebih dulu bergerak dengan memberikan insentif bagi industri yang terkait dengan EBT, seperti adanya subsidi kendaraan listrik.
Baca Juga: RUU EBET, Antara Peluang atau Jegal Transisi Energi
Menurut Fajar, payung hukum ini dapat menjadi sentimen positif bagi emiten EBT, karena meningkatkan kebutuhan akan EBT, sehingga penjualan bisa meningkat.
Namun, para emiten EBT tetap harus berhati-hati jika RUU ini mandek perumusannya. Apalagi, pemilu akan diselenggarakan tahun 2024.
“Jika presidennya ganti, bisa berpotensi ada banyak perubahan kebijakan dan prioritas pemerintah, termasuk bisa berdampak pada RUU EBT ini,” paparnya.
Oleh karena itu, Fajar belum merekomendasikan saham dari emiten EBT dalam waktu dekat ini.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama melihat, RUU EBT akan sangat esensial untuk meningkatkan kepastian hukum terkait dengan transisi energi.
“Ini menunjukkan political will dari pemerintah akan adanya transisi energi di Indonesia,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (21/6).
Nafan mengatakan, transisi energi dibutuhkan untuk mewujudkan ekonomi hijau di Tanah Air. Sebab, ekonomi hijau akan menjadi aktor utama perekonomian dunia di masa depan.
Baca Juga: Ini yang Jadi Kekhawatiran Pelaku Industri Energi Terbarukan di RUU EBET
RUU EBT dilihat Nafan bisa memberikan sentimen positif bagi seluruh emiten energi terbarukan di Indonesia. sebab, RUU EBT dapat mengakselerasi pertumbuhan perusahaan energi terbarukan, sehingga dapat meningkatkan kinerja bisnis dan saham mereka.
“Ini adalah salah satu bentuk investasi jangka panjang,” ungkapnya.
Hal itu pun tercermin dari laporan keuangan sejumlah emiten energi terbarukan di Tanah Air. Misalnya, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) mencatatkan laba bersih senilai US$ 46,96 juta pada kuartal I 2023.
Raihan itu naik 49,31% dari laba bersih di periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 31,45 juta. PGEO juga membukukan pendapatan senilai US$ 102,61 juta, naik 18,96% dari realisasi pendapatan di kuartal pertama 2022 sebesar US$ 86,25 juta.
Lalu, PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN) membukukan pendapatan menjadi US$ 13,16 juta dari sebelumnya US$ 9,66 juta di akhir Maret 2022, atau naik tumbuh 50% year on year (YoY).
Baca Juga: RUU EBET Ditargetkan Rampung September 2023
Di sisi lain, Nafan menggarisbawahi bahwa banyak emiten energi terbarukan yang belum masuk LQ45. Namun, kata Nafan, ini berarti masih ada potensi bagi para emiten energi terbarukan untuk menumbuhkan market cap mereka.
“Selama pergerakan harga saham mereka mengalami apresiasi secara bertahap ke depannya,” tuturnya.
Secara harga saham, para emiten energi terbarukan pun memiliki tren yang cukup positif dalam sebulan ini. Misalnya, PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) mencatatkan kenaikan kinerja saham sebesar 19,09%.
Lalu, KEEN mencatatkan kenaikan kinerja saham sebesar 11,76% dalam sebulan terakhir. PGEO pun kinerja sahamnya naik 6,13% dalam sebulan ini.
Nafan pun merekomendasikan Hold untuk PGEO, KEEN, dan ARKO dengan target harga masing-masing Rp 895, Rp 790, dan Rp 700 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News