Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) di kuartal I-2020 kurang menggembirakan. Bagaimana tidak, perusahaan kelapa sawit ini mencetak rugi bersih sebesar Rp 1,41 triliun hingga Maret 2020 lalu.
Menurut Corporate Secretary sekaligus Wakil Direktur Utama SMAR Jimmy Pramono, kerugian perusahaan disebabkan oleh rugi selisih kurs capai Rp 1,96 triliun.
Padahal di di periode yang sama tahun lalu, perusahaan masih mencetak laba selisih kurs sebesar Rp 195 miliar. Alhasil, di kuartal I-2019, perusahaan mampu mencetak laba bersih sebesar Rp 479 miliar.
Baca Juga: Ini hasil RUPST Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMAR)
"Rugi selisih kurs ini sebagian besar belum terealisasi yang timbul dari translasi pinjaman berdenominasi Dolar AS ke Rupiah," kata Jimmy berdasarkan keterangan resmi, yang diterima Kontan.co.id, Rabu (15/7).
Padahal, di periode Januari-Maret 2020, SMAR mencatatkan kenaikan pendapatan 2% secara year on year (yoy) menjadi Rp 9,62 triliun. Pada periode yang sama di tahun lalu, pendapatan SMAR masih Rp 9,42 triliun.
Adapun, kenaikan pendapatan SMAR ini disebabkan oleh kenaikan harga jual rata-rata. Hal ini diimbangi oleh penurunan kuantitas penjualan.
Jimmy melanjutkan, hingga akhir Maret 2020, luas area tertanam milik perusahaan capai 137.300 hektare (ha), terdiri dari 106.000 ha area inti dan 31.300 ha area plasma. Dari total area tertanam tersebut, 132.000 ha merupakan area menghasilkan dan 5.300 ha merupakan area belum menghasilkan.
Selama triwulan pertama tahun 2020, SMAR memanen 596.000 ton tandan buah segar (TBS). Capaian ini lebih rendah 4% dibandingkan panen di kuartal pertama tahun 2019. Jimmy bilang, penurunan capaian ini disebabkan oleh kondisi musim kemarau pada tahun lalu dan program peremajaan kembali yang sedang berlangsung.
"TBS tersebut diolah lebih lanjut di 16 pabrik kelapa sawit dengan jumlah kapasitas 4,35 juta ton per tahun. SMAR memproduksi minyak sawit (CPO) dan inti sawit (PK) masing-masing sebesar 136.000 ton dan 36.000 ton pada kuartal I 2020," terang Jimmy.
Adapun, tingkat ekstraksi minyak sawit adalah 21,4% sedangkan tingkat ekstraksi inti sawit mencapai 5,7%
Baca Juga: HIP biodiesel Juli 2020 naik, Sinar Mas Agro (SMAR) tingkatkan kapasitas pabrik
Sementara itu, laba usaha pada kuartal I-2020 yang sebesar Rp 127 miliar atau anjlok 71% yoy. Padahal di kuartal pertama 2019, laba usaha mencapai Rp 433 miliar.
Lalu EBITDA SMAR pun turun 37% yoy Rp 502 miliar dari capaian periode sama tahun lalu sebesar Rp 795 miliar.
Jimmy menerangkan, penurunan laba usaha dan EBITDA dipengaruhi oleh kenaikan beban penjualan dengan adanya pajak dan pungutan ekspor yang mulai dipungut kembali sejak awal 2020 serta kenaikan harga bahan baku.
Dia menambahkan, peranan CPO sebagai bahan pangan pokok membuat harga pasar CPO terlindungi dari sentimen penurunan harga minyak mentah. Kendati demikian, Jimmy tak menampik fluktuasi harga akan tetap terjadi, terutama di tengah ketidakpastian akibat pandemi Covid-19.
"Harga CPO saat ini didukung oleh terbatasnya produksi tahun ini akibat kekeringan pada tahun lalu. Kami berpendapat harga CPO akan tetap kuat terutama di saat pandemi berakhir nanti. Fundamental minyak sawit dalam jangka panjang tetap baik sebagai minyak sayur yang paling banyak dikonsumsi didukung kegunaannya yang beragam dan biaya produksi yang rendah," terang Jimmy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News