Reporter: Namira Daufina | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Peluang kenaikan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih terbuka. Potensi kenaikan harga CPO, salah satunya disebabkan prediksi penurunan produksi CPO dunia.
Produksi CPO Malaysia sudah kehilangan 765.000 ton sepanjang November 2014-Januari 2015 silam karena cuaca yang buruk. Persediaan Malaysia diduga akan terus menurun sampai Juni mendatang dan mungkin akan berkurang hingga 1,5 juta ton, kekurangan produksi terendah sejak Februari 2011. “Sementara di Indonesia turun 2,5 juta ton sampai Juli,” kata Dorab Mistry, Direktur Godrej International Ltd, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (5/3).
Produksi di Malaysia tahun ini diprediksi hanya akan menyentuh 19,7 juta ton. Angka ini jauh di bawah prediksi Malaysia Palm Board yang menduga bisa produksi hingga 20,09 juta ton di 2015. Sedangkan produksi Indonesia bisa meningkat dari semula prediksi 30 juta ton menjadi 31,5 juta ton.
Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures, menduga, penguatan juga bisa terjadi karena adanya kekhawatiran di pasar akan menurunnya ekspor CPO dari Indonesia. Penurunan minat ekspor dipicu oleh spekulasi bahwa Pemerintah Indonesia akan menurunkan ambang batas pengenaan bea ekspor karena melihat harga CPO yang terus menurun.
Selama ini Pemerintah Indonesia baru akan mengenakan pajak ekspor apabila harga CPO berada di atas US$ 750 per ton. “Jika kebijakan itu diterapkan, minat ekspor CPO di Indonesia akan berkurang ini akan membuat pasokan global berkurang. Keadaan ini membuka peluang untuk kenaikan harga,” jelas Deddy.
Tidak hanya Indonesia, Malaysia juga berniat untuk kembali memberlakukan biaya ekspor pada Maret ini. “Biaya ekspornya diperkirakan bisa 4,5%,” tambah Deddy. Namun, kedua hal ini masih merupakan spekulasi yang beredar di pasar.
Menurut Deddy, secara fundamental selagi belum adanya kebijakan baru yang diambil oleh Malaysia dan Indonesia maka harga masih akan menurun. Begitu juga dengan hari ini.
Namun penurunan yang terjadi juga belum akan terlalu dalam. Pasalnya secara teknikal harga masih bergerak di atas moving average (MA) 50, 100 dan 200 harian yang indikasinya masih berpeluang untuk naik. Garis moving average convergence divergence (MACD) juga berada di area positif 27 mengajak naik. Relative strength index (RSI) juga naik di level 59. Hanya stochastic yang bergerak turun di level 73.
“Masih cukup kuat dan belum akan menyentuh level support RM 2.300 per metrik ton yang masih cukup jauh,” papar Deddy. Dengan analisis ini, Deddy menduga harga CPO pada Jumat ini bisa bergerak di kisaran support RM 2.300 per metrik ton dan resistance RM 2.350 per metrik ton. Sedangkan untuk sepekan di sekitar RM 2.250 – RM 2.400 per metrik ton.
Sementara Ariana Nur Akbar, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menduga harga CPO di akhir pekan ini di antara RM 2.100 – RM 2.350 per metrik ton. “Untuk sepekan mungkin akan semakin tertekan di RM 1.800 – RM 2.200 per metrik ton,” tutup Ariana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News